selamat datang

salam sehat ala sholawat shifak

Monday, June 17, 2013

LP HIPERTENSI

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPERTESI


  1. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg.  Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Bruner dan Suddarth, 2002: 896)

  1. Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Disebut juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada pria Penyebab hipertensi yaitu gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan dan rangsangan kopi serta obat-obatan yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi factor keturunan.
  1. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula dari saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis yang mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Bebagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluhdarah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dangan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. 

D.    Manifestasi klinis

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala samapai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman penglihatan. 

E.     Pemeriksaan Diagnostik

Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting. Retina harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung yang dapat disebabkan oleh tingginya tekanan darah. Hipertrofi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi, protein dalam urin dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urin dan peningkatan nitrogen urea darah. Pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar uruine dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit renovaskuler. Adanya factor resiko lainnya juga harus dikaji dan dievaluasi.


F.     Pathways
  1. Diagnosa keperawatan
    1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan sakit kepala
    2. Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun
    3. Gangguan kenyamanan diri berhubungan dengan gejala sulit tidur
    4. Gangguan keseimbangan cairan berubungan dengan oedema dari retensi Na
    5. Gangguan intolerensi aktivitas berhubungan dengan Coping menurun


  1. Intervensi
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Gangguan nyeri berhubungan dengan nyeri kepala





Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun




Gangguan kenyamanan diri berhubungan dengan gejala sulit tidur


.


















Rasa nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam dengan KH :
-   pasien mengatakan nyeri berkurang.
-   Ekspresi wajah klien rileks.

Resiko injuri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam dengan KH :
-        Pasien merasa tenang dan tidak takut jatuh


Gangguan kenyamanan diri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam dengan KH :
-         Pasien mengerti tentang pentingnya istirahat
-         Pasien merasa nyaman




Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya dan lamanya.









Lakukan pengawasan pada pasien
Atur posisi pasien agar tidak merasa jatuh







Anjurkan pasien untuk istirahat minimal 8 jam sehari
Berikan pendkes tentang pentingnya beristirahat
Anjurkan pasien untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan
Mengidentifikasi karakteristik nyeri merupakan faktor yang penting untuk menentukan terapi yang cocok serta mengevaluasi keefektifan dari terapi.

Mengurangi resiko injuri








Agar pasien mengerti bahwa istirahat sangat penting untuk kesehatan





ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR

 

A.    DEFINISI

Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang, yang diakibatkan oleh tekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila fraktur mengubah posisi tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon, saraf dan pembuluh darah) juga mengalami kerusakan. Cidera traumatic paling banyak menyebabkan fraktur. Fraktur patologis terjadi tanpa trauma pada tulang yang lemah karena dimineralisasi yang berlebihan (Carpenito, 1999).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Manjoer, 2000). 

B.     ETIOLOGI

Fraktur dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh di kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan pada kerja oleh karena mesin atau karena trauma olah raga (Rasjad, 1999).

Patah tulang juga bisa disebabkan oleh penyakit seperti osteoporosis. Osteoporosis terjadi karena kecepatan resorpsi tulang melebihi kecepatan pembentukan tulang. Sebagai akibatnya, tulang menjadi keropos secara cepat dan rapuh sehingga mengalami patah tulang karena trauma minimal dan bahkan stress normal (Carpenito, 1999). 

C.    GAMBARAN KLINIK

Riwayat trauma, nyeri lokal dan semakin nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif serta mengalami gangguan fungsi gerak pada ekstremitas yang fraktur, deformitas (kelainan bentuk seperti penonjolan yang abnormal, rotasi dan pemendekan). Terasa krepitasi bila fraktur Digerakkan, krepitasi timbul oleh pergeseran atau beradunya ujung-ujung tulang. Gerakan tidak normal misalnya pertengahan femur dapat digerakkan. Ini adalah bukti paling penting adanya fraktur yang membuktikan “putusnya kontinuitas tulang” sesuai dengan definisi fraktur (Reksoprodjo, 1995). 

E.     PENATALAKSANAAN MEDIS

Pengobatan fraktur tertutup biasa konservatif atau opertif.

1.      Terapi konservatif terdiri dari

a.       Proteksi saja, untuk fraktur dengan kedudukan baik

b.      Mobilisasi saja tanpa reposisi. Misalnya pemasangan gips pada fraktur inkomplit dan fraktur tanpa kedudukan baik.

c.       Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam anastesi umum atau lokal.

d.      Traksi untuk reposisi secara berlebihan

2.      Terapi operatif, terdiri dari :

a.       Reposisi terbuka, fiksasi eksterna

b.      Reposisi tertutup dengan control radiologist diikuti interna

Terapi operatif dengan reposisi anatomis diikuti dengan fiksasi interna. Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin. Penundaan waktu dapat mengakibatkan komplikasi infesi. Waktu yang optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam. Berikan toksoid, anti tetanus serum (ATS) atau tetanus human globidin. Berikan anti biotic untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka. Teknik debridemen adalah sebagai berikut :

a.       Lakukan narcosis umum atau anastesi lokal bila luka ringan dan kecil.

b.      Bila luka cukup luas, pasang dulu torniket (pompa atau Esmarch)

c.       Cuci seluruh eksterimitas selaam 5-10 menit kemudian lakukan pencukuran. Luka diirigasi dengan cairan NaCl steril atau air matang 5-10 menti sampai bersih.

d.      Lakukan tindakan desinfeksi dan pemasangan duk

e.       Eksisi luka lapis demi lapis, subkutis, fasia. Eksisis otot yang tidak vital dan buang tulang-tulang kecil yang tidak melekat pada periosteum. Pertahankan frakmen-frakmen tulang besar yang perlu untuk stabilitas.

f.       Luka fraktur terbuka selalu dibiarkan terbuka dan kalau perlu ditutup satu minggu kemudian setelah edema menghilang atau dapat juga hanya dijahit situasi bila luka tidak terlalu lebar (Mansjoer, 2000).

Traksi reduksi tertutup dengan menggunakan gibs atau fiksasi luar (alat-alat dari logam yang dipasang dengan tulang menggunakan pen) reduksi terbuka dengan menggunakan, skrup, plat, kawat atau jarum (Engram, 1999). 

F.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan frakmen tulang, spasme otot dan cidera pada jaringan lunak (Doenges, 1999).

2.      Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya aliran darah akibat adanya trauma jaringan atau tulang (Tucker, 1998).

3.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler fraktur dan cidera pada jaringan sekitar (Tucker, 1998).

4.      Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya patahan primer, kerusakan kulit, trauma jaringan (Doenges, 1999).

5.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka (Doenges, 1999). 

G.    FOKUS INTERVENSI

1.      Nyeri berhubungan dengan frakmen tulang, spasme otot dan cidera pada jaringan lunak (Doenges, 1999).

Tujuan :

Nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria hasil :

Pasien menyatakan nyeri berkurang dan dapat dikontrol, ekspresi wajah tenang.

Intervensi :

a.       Kaji lokasi intensitas dan tipe nyeri gunakan peringkat nyeri

b.      Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring

c.       Bantu dan ajarkan metoda alternatif penatalaksanaan rasa nyeri

d.      Beri posisi yang nyaman sesuai dengan toleransi klien

e.       Berikan lingkungan yang nyaman dan berikan dorongan untuk melakukan aktifitas segera

f.       Lakukan dan awasi latihan gerak aktif dan pasif.

g.      Kolaborasi

-          Lakukan kompres dingin atau es 24-48 jam pertama

-          Pemberian obat-obat analgetik 

2.      Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya aliran darah akibat adanya trauma jaringan atau tulang (Tucker, 1998).

Tujuan :

Perfusi jaringan adekuat.

Kriteria hasil :

a.       Tanda-tanda vital dalam batas normal (menunjukkan nadi distal fraktur).

b.      Kulit teraba hangat

Intervensi :

a.       Pantau nadi distal dari fraktur setelah satu atau dua jam, observasi terhadap warna dan suhu.

b.      Kaji pengisian kapiler laporkan temuan normal bandingkan dengan eksterimitas yang fraktur

c.       Pertahankan Kesejajaran tubuh observasi terhadap tanda-tanda sindroma kompertemen (warna jaringan pucat, nadi lemah, nyeri, pati rasa, sianosis).

d.      Observasi perubahan tanda-tanda vital.

e.       Observasi tanda-tanda iskemi (penurunan suhu dan peningkatan rasa)

f.       Observasi posisi dan lokasi bidai jangan sampai menekan pembuluh darah.

3.      Kerusakan neuromuskuler fraktur dan cidera pada jaringan sekitar (Tucker, 1998).

Tujuan :

Imobilitas fisik tidak teratasi atau tidak ada gangguan.

Kriteria hasil :

Mendapatkan mobilitas pada tingkat optimal secara aktif dan ikut secara dalam rencana perawatan.

Intervensi :

a.       Kaji imobilitas yang dihasilkan oleh cidera atau pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap immobilisasi

b.      Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada daerah yang cedera maupun yang tidak.

c.       Pertahankan tirah baring

d.      Bantu klien dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera mungkin.

e.       Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit di atas dan di bawah fraktur ketika bergerak, berbalik dan mengangkat

f.       Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan aktivitas sehari dalam lingkup keterbatasan, berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan.

g.      Bantu dan ajarkan pasien menggunakan urinal untuk eliminasi berikan perawatan perineal sesuai kebutuhan. 

4.      Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya patahan primer, kerusakan kulit, trauma jaringan (Doenges, 1999).

Tujuan :

Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

a.       Mencapai penyembuhan luka tanpa adanya infeksi, bebas pust.

b.      Tanda-tanda infeksi tidak ada (rubor, kolor, dolor, tumor, fungsiolaesa).

Intervensi :

a.       Observasi kulit untuk adanya iritasi robekan

b.      Kaji keadaan luka terhadap adanya tanda-tanda infeksi (tumor, dolor, kolor, rubor).

c.       Lakukan perawatan luka.

d.      Kaji keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema.

e.       Observasi luka adanya krepitasi, perubahan warna kulit kecoklatan

f.       Observasi bau drainase yang tidak enak

g.      Kolaborasi :

Berikan antibiotik sesuai indikasi.

 5.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka (Doenges, 1999)

Tujuan :

Ketidaknyamanan hilang.

Kriteria hasil :

Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.

Intervensi :

a.       Kaji kulit untuk luka terbuka adanya benda asing, kemurahan dan perdarahan

b.      Ubah posisi dengan sering bila memungkinkan

c.       Observasi untuk potensial area yang tertekan

d.      Letakkan bantalan Pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan tulang

e.       Palpasi jaringan yang diplester tiap hari dan catat adanya nyeri tekan.


f.       Beri bantalan atau Pelindung dari busa. 

Monday, June 3, 2013

SAP BREAST CARE

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
POKOK BAHASAN :
BREAST CARE POST NATAL

A. Latar Belakang
            Pentingnya pemberian ASI pada usia 0 – 6 bulan pertama tak dapat disangkal lagi, banyak ibu-ibu muda maupun ibu-ibu yang belum berpengalaman mengalami kesulitan-kesulitan dalam penyaluran ASI kepada bayinya.
Breast Care atau perawatan payudara setelah melahirkan dapat membantu ibu-ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya, karena dengan Breast Care payudara menjadi terangsang dalam memproduksi air susu dan juga puting ibu dapat terkelola dengan tepat pula.

B. Tujuan Pembelajaran Breat Care Postnatal
Tujuan Umum:
Setelah akhir proses pembelajaran para peserta mampu memahami hal-hal yang berkaitan dengan Breast Care Postnatal dan mau melakukannya.

Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti proses pembelajaran selama 20 menit, peserta mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian Breast Care Postnatal.
2. menyebutkan tujuan Breast Care Postnatal.
3. Menyebutkan manfaat Breast Care Postnatal.
4. Menyebutkan alat-alat yang digunakan dalam Breast Care Postnatal.
5. Menghafal urutan langkah-langkah Breast Care Postnatal.
6. Menyebutkan hal-hal yang terkait dengan Breast Care Postnatal.

C. Sasaran
Seluruh ibu-ibu ataupun pengunjung wanita yang datang ke Puskesmas Mijen yang dianggap sesuai dengan umur wanita reproduksi.

D. Target
Ibu-ibu pengunjung Puskesmas dengan anak 0 – 2 tahun.

E. Pengorganisasian
Moderator             :
Penyaji                  :
Fasilitator              :

Observer                :

F. Strategi Pelaksanaan
Waktu                   :
Tempat                  :
Kegiatan belajar mengajar :
1. Perkenalan
2. Menjelaskan tujuan
3. Menjelaskan materi
4. Diskusi dan tanya jawab
5. Evaluasi

G. Susunan Acara
1. Pembukaan oleh moderator selama 5 menit
2. Acara inti :
      a. Penyuluhan kesehatan oleh mahasiswa keperawatan tentang Breast Care                 Postnatal selama 15 menit dan Demonstrasi.
      b. Diskusi, tanya jawab dan redemonstrasi 5 menit.
3. Penutup dan doa 5 menit
H. Metode
1. Ceramah tentang konsep Breast Care Postnatal.
2. Demonstrasi Breast Care
3. Diskusi dan Tanya jawab
I. Media
1. Gambar
2. Satu set peralatan prosedur Breast Care Postnatal
3. Ibu sukarelawan

J. Materi
      Terlampir

K. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan :
1. Menjelaskan manfaat Breast Care Postnatal
2. Menjelaskan urutan tahapan Breast care Postnatal 
Lampiran Materi

PERAWATAN PAYUDARA IBU POST NATAL

A.        Pengertian
Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar setelah melahirkan, ASI dapat keluar dengan lancar.

B.        Manfaat Perawatan Payudara
1.      Menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu agar terhindar dari infeksi.
2.      Mengenyalkan serta memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi dapat manyusui dengan baik.
3.      Merangsang kelenjar air susu sehingga produksi asi lancar.
4.      Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan melakukan usaha-usaha untuk mengatasinya.
5.      Persiapan psikis ibu untuk menyusui.

C.        Cara Melakukan Perawatan Payudara Ibu Hamil
1.      Persiapan alat
Alat yang dibutuhkan :
Ø  2 handuk
Ø  kapas
Ø  minyak kelapa / baby oil
Ø  waslap
Ø  2 baskom (berisi air hangat dan dingin)
Ø  Talk bila perlu

2.      Prosedur
Ø  Buka pakaian ibu
Ø  Letakkan handuk diatas punggung ibu dan tutuplah payudara dengan handuk
Ø  Buka handuk pada daerah payudara
Ø  Kompres puting susu dengan menggunakan kapas yang telah diberi minyak selama 3-5 menit
Ø  Kedua telapak tangan dibasahi dengan baby oil
Ø  Oleskan baby oil ke payudara, kemudian dengan kedua tangan uratlah kedua payudara dari pangkal payudara ke arah puting susu dan sekelilingnya
Ø  Ketuk-ketuklah sekeliling puting susu dengan ujung-ujung jari atau ujung-ujung ruas jari
Ø  Tarik puting susu keluar, terutama kalau letak puting susu masuk ke dalam
Ø  Mandikan payudara (dengan menggunakan waslap) dengan air hangat kemudian air dingin secara berganti-ganti
Ø  Keringkan dengan handuk bersih, bila perlu beri bedak/talk

Ø  Pakailah BH yang sesuai dengan besar dan pertumbuhan payudara