any share is worship. in this blog I will share my experience. I will also write some stories. other than that I will also share the youtube video that InsyaAllah useful for us. and also I will share my vlog. so follow me and subscribe channel www.youtube.com/bennyindrajaya .facebook, tuwitter, path, IG, g + all his links are on youtube. please visit, suggestions and criticisms so I expect of you. trimakasih.
selamat datang
salam sehat ala sholawat shifak
Monday, June 17, 2013
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR
Fraktur dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas,
jatuh dari ketinggian atau jatuh di kamar mandi pada orang tua, penganiayaan,
tertimpa benda berat, kecelakaan pada kerja oleh karena mesin atau karena
trauma olah raga (Rasjad, 1999).
Riwayat trauma, nyeri lokal dan semakin nyeri bila
digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif serta mengalami gangguan fungsi
gerak pada ekstremitas yang fraktur, deformitas (kelainan bentuk seperti
penonjolan yang abnormal, rotasi dan pemendekan). Terasa krepitasi bila fraktur
Digerakkan, krepitasi timbul oleh pergeseran atau beradunya ujung-ujung tulang.
Gerakan tidak normal misalnya pertengahan femur dapat digerakkan. Ini adalah
bukti paling penting adanya fraktur yang membuktikan “putusnya kontinuitas
tulang” sesuai dengan definisi fraktur (Reksoprodjo, 1995).
Pengobatan
fraktur tertutup biasa konservatif atau opertif.
1.
Terapi
konservatif terdiri dari
a.
Proteksi saja,
untuk fraktur dengan kedudukan baik
b.
Mobilisasi saja
tanpa reposisi. Misalnya pemasangan gips pada fraktur inkomplit dan fraktur
tanpa kedudukan baik.
c.
Reposisi
tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam anastesi umum atau
lokal.
d.
Traksi untuk
reposisi secara berlebihan
2.
Terapi
operatif, terdiri dari :
a.
Reposisi
terbuka, fiksasi eksterna
b.
Reposisi
tertutup dengan control radiologist diikuti interna
Terapi operatif
dengan reposisi anatomis diikuti dengan fiksasi interna. Tindakan pada fraktur
terbuka harus dilakukan secepat mungkin. Penundaan waktu dapat mengakibatkan
komplikasi infesi. Waktu yang optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam. Berikan
toksoid, anti tetanus serum (ATS) atau tetanus human globidin. Berikan anti
biotic untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis tinggi. Lakukan
pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka. Teknik
debridemen adalah sebagai berikut :
a.
Lakukan
narcosis umum atau anastesi lokal bila luka ringan dan kecil.
b.
Bila luka cukup
luas, pasang dulu torniket (pompa atau Esmarch)
c.
Cuci seluruh
eksterimitas selaam 5-10 menit kemudian lakukan pencukuran. Luka diirigasi
dengan cairan NaCl steril atau air matang 5-10 menti sampai bersih.
d.
Lakukan
tindakan desinfeksi dan pemasangan duk
e.
Eksisi luka
lapis demi lapis, subkutis, fasia. Eksisis otot yang tidak vital dan buang
tulang-tulang kecil yang tidak melekat pada periosteum. Pertahankan
frakmen-frakmen tulang besar yang perlu untuk stabilitas.
f.
Luka fraktur
terbuka selalu dibiarkan terbuka dan kalau perlu ditutup satu minggu kemudian
setelah edema menghilang atau dapat juga hanya dijahit situasi bila luka tidak
terlalu lebar (Mansjoer, 2000).
1.
Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan frakmen tulang, spasme otot dan cidera pada
jaringan lunak (Doenges, 1999).
2.
Gangguan
perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya aliran darah akibat
adanya trauma jaringan atau tulang (Tucker, 1998).
3.
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler fraktur dan cidera
pada jaringan sekitar (Tucker, 1998).
4.
Risiko tinggi
infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya patahan primer, kerusakan kulit,
trauma jaringan (Doenges, 1999).
1.
Nyeri
berhubungan dengan frakmen tulang, spasme otot dan cidera pada jaringan lunak
(Doenges, 1999).
Tujuan :
Nyeri berkurang
atau hilang.
Kriteria hasil :
Pasien menyatakan
nyeri berkurang dan dapat dikontrol, ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
a.
Kaji lokasi
intensitas dan tipe nyeri gunakan peringkat nyeri
b.
Pertahankan
imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
c.
Bantu dan
ajarkan metoda alternatif penatalaksanaan rasa nyeri
d.
Beri posisi
yang nyaman sesuai dengan toleransi klien
e.
Berikan
lingkungan yang nyaman dan berikan dorongan untuk melakukan aktifitas segera
f.
Lakukan dan
awasi latihan gerak aktif dan pasif.
g.
Kolaborasi
-
Lakukan kompres
dingin atau es 24-48 jam pertama
2.
Gangguan
perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya aliran darah akibat
adanya trauma jaringan atau tulang (Tucker, 1998).
Tujuan :
Perfusi jaringan
adekuat.
Kriteria hasil :
a.
Tanda-tanda
vital dalam batas normal (menunjukkan nadi distal fraktur).
b.
Kulit teraba
hangat
Intervensi :
a.
Pantau nadi
distal dari fraktur setelah satu atau dua jam, observasi terhadap warna dan
suhu.
b.
Kaji pengisian
kapiler laporkan temuan normal bandingkan dengan eksterimitas yang fraktur
c.
Pertahankan
Kesejajaran tubuh observasi terhadap tanda-tanda sindroma kompertemen (warna
jaringan pucat, nadi lemah, nyeri, pati rasa, sianosis).
d.
Observasi
perubahan tanda-tanda vital.
e.
Observasi
tanda-tanda iskemi (penurunan suhu dan peningkatan rasa)
f.
Observasi
posisi dan lokasi bidai jangan sampai menekan pembuluh darah.
3.
Kerusakan
neuromuskuler fraktur dan cidera pada jaringan sekitar (Tucker, 1998).
Tujuan :
Imobilitas fisik
tidak teratasi atau tidak ada gangguan.
Kriteria hasil :
Mendapatkan
mobilitas pada tingkat optimal secara aktif dan ikut secara dalam rencana
perawatan.
Intervensi :
a.
Kaji imobilitas
yang dihasilkan oleh cidera atau pengobatan dan perhatikan persepsi pasien
terhadap immobilisasi
b.
Anjurkan pasien
untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada daerah yang cedera maupun yang
tidak.
c.
Pertahankan
tirah baring
d.
Bantu klien
dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera mungkin.
e.
Beri penyangga
pada ekstremitas yang sakit di atas dan di bawah fraktur ketika bergerak,
berbalik dan mengangkat
f.
Berikan
dorongan pada pasien untuk melakukan aktivitas sehari dalam lingkup
keterbatasan, berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan.
4.
Risiko tinggi
infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya patahan primer, kerusakan kulit,
trauma jaringan (Doenges, 1999).
Tujuan :
Infeksi tidak
terjadi.
Kriteria hasil :
a.
Mencapai
penyembuhan luka tanpa adanya infeksi, bebas pust.
b.
Tanda-tanda
infeksi tidak ada (rubor, kolor, dolor, tumor, fungsiolaesa).
Intervensi :
a.
Observasi kulit
untuk adanya iritasi robekan
b.
Kaji keadaan
luka terhadap adanya tanda-tanda infeksi (tumor, dolor, kolor, rubor).
c.
Lakukan
perawatan luka.
d.
Kaji keluhan
peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema.
e.
Observasi luka
adanya krepitasi, perubahan warna kulit kecoklatan
f.
Observasi bau
drainase yang tidak enak
g.
Kolaborasi :
Berikan
antibiotik sesuai indikasi.
Tujuan :
Ketidaknyamanan
hilang.
Kriteria hasil :
Mencapai
penyembuhan luka sesuai waktu.
Intervensi :
a.
Kaji kulit
untuk luka terbuka adanya benda asing, kemurahan dan perdarahan
b.
Ubah posisi
dengan sering bila memungkinkan
c.
Observasi untuk
potensial area yang tertekan
d.
Letakkan
bantalan Pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan tulang
e.
Palpasi
jaringan yang diplester tiap hari dan catat adanya nyeri tekan.
f.
Beri bantalan
atau Pelindung dari busa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Thank you very much for sharing information that will be much helpful for making coursework my effective.
ReplyDelete