selamat datang

salam sehat ala sholawat shifak

Wednesday, March 29, 2017

Perawatan Post Sectio Caesaria

Pengertian
Post partum  (Puerperium) adalah suatu keadaan mulai setelah partus  selesai dan berakhir setelah + 6 minggu akan seluruh alat genital baru  pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam waktu  3 bulan.
Sektio cesaria atau persalinan cesaria adalah suatu  cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding  uterus melalui dinding depan perut.
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan  1 jam atau lebih  sebelum  terjadi persalinan
Berdasarkan definisi diatas  dapat disimpultan sektio cesaria atas  indikasi ketuban pecah dini adalah cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus  melalui dinding depan perut atau vagina karena pecahnya selaput ketuban spontan 1 jam atau lebih sebelum terjadi persalinan.
Indikasi dilakukan sektio Cesaria
Indikasi pada Ibu
Placenta previa sentralis dan  lateralis (Posterior)
CPD
Panggul sempit
Disproporsi sevalo-pelvik
Ruptur uteri mengancam
Partus  lama (Prolonged Labor)
Partus    tak maju (Obstructed Labor)
Distosia serviks
Pre eklamsi dan hipertensi

Indikasi pada janin
Mal presentasi janin
Letak lintang
Letak bokong
Presentasi dahi dan muka (Defleksi)   bila reposisi dan  cara-cara lain tidak berhasil.
Gemeli
Gawat janin
(Mochtar, 1998 : 118-119).
Komplikasi
Infeksi  Puerperalis (nifas)
Ringan
Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
Sedang
Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung.
Berat 
Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik, hal ini sering  kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intra partal kaena ketuban  telah pecah terlalu lama.
Perdarahan disebabkan  karena :
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
Atonia uteri
Perdarahan pada placenta bed
Luka kandung kemih, emboli paru dan lekuhan kandung kemih, bila reperitonialisasi terlalu  tinggi.
Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang
Fisiologi
Ketuban Pecah Dini
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses  persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri  berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu, ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina d an serviks.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi. Adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.
Periode Masa Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode
Puerpurium dini
Kepulihan dimana klien dimana klien  telah   diperbolehkan berdiri dan  berjalan-jalan.
Puerpurium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
Remote puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk  pulih dan sehat sempurna terutama  bila selama hamil atau aktu persalinan mempunyai komplikasi.
Adaptasi Fisiologi
Tanda-tanda vital
Suhu
Pada 24 jam pertama suhu tubuh ibu dapat meningkat sekitar 380C  hal ini mungkin disebabkan oleh kaena eksresi otot, dehidrasi dan perubahan hormonal, keadaan ini harus kembali normal sesudah 24 jam pertama untuk hari ke     2-3 suhu  tubuh dapat naik diakibatkan karena pembengkakan payudara.
Tekanan darah
Sedikit mengalami penurunan sekitar 20 mmHg atau lebih pada  tekanan systole akibat dari hipotermi ortostatik. Ditandai dengan sedikit pusing pada saat peubahan posisi dari berbaring ke berdiri dalam  48 jam pertama.
Nadi
Dapat mengalami bradikardi 50-70 x/menit pada  6-8 hari post partum akibat perubahan cardiac output dan volume akan  kembali seperti sebelum hamil sekitar 3 bulan post partum.
Pernafasan
Tidak mengalami perubahan.
Adaptasi Sistem Reproduksi
Perubahan corpus uteri
Involusio uteri
Pada akhir kala III persalinan, uteus berada kurang lebih  2 cm  dibawah  umbilikus dimana fundus di sakral promotorium ukuran uterus mendekati ukuran kehamilan 16 minggu panjang 14 cm, lebar 12 cm dan tebal 10 cm serta berat sekitar 1000 gram. 12 jam pertama tinggi fundus uteri sekitar 1 cm diatas umbilikus selanjutnya akan turun 1-2 cm setiap 24 jam. Uterus tidak akan  teraba lagi pada hari ke 9 post partum, berat uterus minggu pertama post partum sekitar 500 gr  , 350 gr pada minggu ke 2 post partum dan minggu ke 6, 50-60 gr. Involusio uteri dalam  4-6 minggu terjadi pada prinsipnya oleh karena penurunan ukuran sel-sel miometrium seseorang.
Kontraksi Uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara berarti segera sesudah melahirkan utuk mengurangi volume intrauteri selama 1-2 jam pertama sesudah  melahirkan aktivitas uteri menerus secara halus dan cepat  kemudian menjadi stabil. Kontraksi uterus ini akan menjepit pembuluh darah uterus sehingga perdarahan setelah placenta dilahirkan dapat berhenti.
After pain
Pada prinsipnya tonus uterus meningkat sehingga pada umumnya fundus keras, kontraksi dan relaksasi periodik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang disebut ”after pain”  muncul pada awal post partum dan berakhir pada hari ke 2-3  post partum.
Tempat melekatnya placenta
Segera setelah placenta lahir, tempat melekatnya placenta menjadi tidak beraturan dan ditutupi oleh vaskuler yang konstriksi serta trombosin. Pada endometrium terjadi pembentukan skor sebagai proses penyembuhan  luka dengan tujuan untuk m emungkinkan kembali implantasi dan pembentukan plasenta, regenerasi sempurna pertumbuhan endometrium pada akhr mingu ke 3 post partum kecuali pada bekas menempelnya plasenta belum sempurna pada akhir minggu ke 6 post partum.
Lochea
Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri  yang dikeluarkan melalui vagina pada masa nifas.
Post partum hari 1-3 warna lochea merah tua disebut lochea rubra berisi sel daah merah, sisa selaput ketuban, sel decidua, sisa serviks caseosa, sisa  trofoblas dan leukosit.
Post partum hari ke 3-4 warna lochea pink atau coklat disebut lochea serosa berisi sel darah tua, serum, lekosit dan sisa jaringan.
Kurang lebih 10 hari post partum disebut lochea alba, warna kuning sampai dengan putih, berisi leukosit, desidua, mukosa serviks, sel-sel epitel, serum bakteri berlangsung sampai 2-6 minggu post partum.
Cerviks 
Cerviks dan segmen bawah rahim tampak  oedem, tipis dan terbuka untuk beberapa hari sesudah melahirkan portio terasa lunak, tampak kemerahan dan bisa terjadi laserasi. Hal ini merupakan kondisi optimum untuk terjadinya infeksi setelah 18 jam post partum cerviks memendek. Konsistensi mengeras dan bentuknya akan kembali pada akhir minggu pertama, pemulihan sudah akan sempurna dan bentuk ostium uteri  eksterna tidak akan kembali seperti sebelum hamil tetapi bentuknya akan sedikit melebar (Fish mouth).
Vagina dan perineum
Keadaan vagina yang lembut akan kembali seperti pada 6 minggu setelah melahirkan rugae akan tampak kembali pada 4  minggu setelah melahirkan penebalan mukosa vagina terjadi bersamaan dengan kembalinya fungsi ovarium. Keadaan hipoestrogen dapat menurunkan jumlah mukus dan penipisan mucosa vagina. Introitus vagina terjadi oedem, eritema terutama pada daerah episiotomi atau laserasi.
Abdomen
Pada hari pertama sesudah melahirkan saat berdiri ibu post partum akan  merasakan bahwa  daerah perut  terasa menggantungkan karena otot  abdomen tidak dapat menahan iri abdomen dan selama 2 minggu setelah melahirkan dinding abdomen relaksasi dan kurang lebih  6 minggu dibutuhkan waktu untuk mencapai keadaan sebelum hamil, kembalinxa tonus otot ini tergantung dari latihan (Senam) dab jumlah darh haBingan lAm`k.
Adaptasi sistem endokrin
Deneah lepasn9a place`ta ak`n terbadi penqrunan kadar estBocen prlg`speroh dan prolakDin. Pro`ajtan akal seiakin leburun sepebti menddk`ti se"elum hamil `p`bila ibu persAbtt tidak mdnyusuh bayihya di`tas manggq pept`ma. S`d`nek`n estrogen akan meningk`t p`da kondisi hbu pidak menyusqi dan m%ncapai fase vaskuler pada minggu ke-3 post partum.  Untuk menstruasi pada ibu tidak menyusui akan berlangsung pada minggu ke-36 post partum.
Kandung sistem urinarius  
Kandung kemih mengalami trauma proses kelahiran akibat penekanan dan oedema sehingga mengalami over distensi dan mengakibatkan pemenuhan kandtng kemih tidak sempurna. Terjadi 2-3 hari pertama melahirkal.            Adaptasi sistem Gastrointestinal
Mengalami perubahan karena adanya penurunan mobilitas  dari usus besar, kehilangan cairan dan adanya  rasa tidak nyaman pada peritoneum. Kembalinya fungsi dari sistem gastrointestinal dimulai pada minggu pertama post partum yaitu saat konsumsi makanan dan cairan ibu meningkat dan adanya pengurangan gangguan  rasa nyaman perineum.
Adaptasi sistem cardiovaskuler
Kehamilan menyebabkan hipervolemia dan menambah 50% dari peningkatan sirkulasi volume darah akibat kehilangan darah pada saat melahirkan, darah keluar sekitar 400-500 cc, pada persalinan normal.
Bradikardi sebagai kompensasi jantung untuk menurunkan resistensi cairan.
Menggigil pada ibu post partum sering  dialami, pengeluaran keringat terutama malam hari sebagai mekanisme tubuh untuk mereduksi cairan yang tertahan selama kehamilan.
Jumlah haemoglobin, hematokrit dan eritrosit selama 72 jam pertama setelah melahirkan, leukosit mengalami peningkatan pada 10-12 hari pertama  setelah melahirkan sehingga resiko terjadi infeksi, begitu juga faktor pembeku juga mengalami peningkatan sehingga resiko terjadi trombo emboli. Hal ini disebabkan karena imobilisasi dan kerusakan area.
Cardiac output menurunkan  50% beberapa menit setelah melahirkan dan sebelum melahirkan dan berangsur kembali seperti sebelum melahirkan dalam 2-3 minggu.
Adaptasi Neurologi
Kadang pusing karena stress atau hipertensi saat hamil  dan lain-lain  akan hilang 1-3 hari untuk post partum normal atau beberapa minggu tergantung penyebabnya dan pengobatan yang efektif.
Adaptasi Sistem Muskuloskeletal
Akibat peregangan selama hamil akan berakibat terjadi penurunan tonus otot abdomen  pada saat   pasca persalinan, pemisahan otot selama kehamilan tersebut disebut”Diastaksis Rectus” dan akan tampak dinding perut lembut dan lentur.
Adaptasi Sistem Integumen
Cloasma gravidarum akan menghilang pada akhir kehamilan sedang hiperpigmentasi pada putting dan areola mammae mungkin belum hilang sempurna sesudah melahirkan.
Adaptasi Sistem Imunologi.
Vaksin rubella sebagai pencegahan dan iso Imun Rh ditentukan untuk kebutuhan itu.
Adaptasi Psikologi
Fase Taking In (Ketergantungan)
Terjadi hari ke 1 dan 2 setelah melahirkan,  waktu dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan. Hal ini mempersempit persepsinya dan mengurangi kemampuannya berkonsentrasi pada informasi baru.
Fase Taking Hold (ketergantungan, ketidaktergantungan)
Terjadi hari ke 3 sampai minggu ke 4-5, waktu dimana ibu siap menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Namun demikian, tubuhnya mengalami perubahan akibat pengaruh hormonal.
Fase Letting Go (Saling Ketergantungan)
Dimulai sekitar minggu ke-5 sampai ke-6 setelah kelahiran, keluarga telah menyesuaikan diri dengan  anggotanya yang baru, tubuh pasien telah   sembuh.  Perasaan rutinnya telah kembali.
Fase-fase penyembuhan luka
Fase Infiltrasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari ke-5. pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh  akan  berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi. Pengerutan ujung pembuluh darah yang putus (retraksi) dan reaksi hemostatis.
Fase Proliferasi
Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ke-3. pada fase ini serat d ibentuk dan dihancurkan kembali untuk menyelesaikan dengan regangan pada luka yang cenderung mengerut.
Fase Penyudahan
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih. Penyusutan sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya perapatan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini  dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua  tanda radang sudah lenyap.
Manifestasi Klinik
Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, hijau atau kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
Janin mudah teraba
Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air k etuban sudah kering.
Tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lekosit darah > 15.000/menit bila terjadi infeksi
Tes lakmus merah menjadi biru
Aminosintesis
USG
Menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang.
Pengkajian Fokus
Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
Integritas  ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional dari keembiraan sampai ketakutan,  marah atau menarik diri. Klien atau pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran. Mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
Eliminasi
Kateter urinarius mungkin terpasang : Urine jernih pucat. Bising usus tidak ada, samar / jelas.
Makanan / cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal
Neurosensori
Keusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anestesi spinal epidural.
Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misalnya trauma bedah / insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih / abdomen, efek-efek anestesi. Mulut mungkin kering.
Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler
Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda  / kering dan utuh jalur parenteral, bila digunakan, paten dan sisi bebas eritema, bengkak dan nyeri tekan.
Seksualitas
Fundus konstraksi kuat dan terletak diumbilikus. Aliran lochea sedang dan bebas dan bebas bekuan berlebihan / banyak.

Pathways Sectio Caesaria

dibawah ini adalah salah satu contoh dari pathways sectio caesaria. kalian dapat rubah dan kombinasikan sesuai kebutuhan kalian dalam makalah atau artikel kalian. kalian juga dapat mencari pathways lainnya di blog ini dengan cara mencari di kolom pencarian blog ini, dengan kata kunci pathways. semoga bermanfaat.





Sectio Caesaria


A.        Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.
B.         Indikasi sectio caesaria
a).  Plasenta previa totalis dan lateralis ( posterior )
b).  Panggul sempit
c). Disproporsi sefalo – pelvik
d).  Rupture uteri mengancam
e).  Partus lama ( prolonged labor )
f).  Partus tak maju ( obstructed labor )
g).  Distosia serviks
h).  Pre – eklamsi dan hipertensi
 i).  Mal presentasi janin
v  Letak lintang
§   Bila ada kesempatan panggul, maka sectio caesaria adalah cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
§   Semua primigravida dengan letak miring harus ditolong dengan sectio caesaria, walau tidak ada perkiraan panggul sempit
§   Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-cara lain.
v  Letak bokong
Sectio caesaria dianjurkan pada letak bokong bila ada:
§   Panggul sempit
§   Primigravida
§   Janin besar
v  Presentasi dahi muka ( letak depleksi) bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil
v  Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
v  Gemeli
§   Bila janin pertama letak lintang atau presentasi baku(shoulder presentation)
§   Bila terjadi interlok (locking of teh twins)
§   Distosia oleh karena tumor
§   Gawat janin

C.        Jenis – jenis sectio caesaria
a).  Sectio caesaria transperitonealis
Ada dua macam cara sectio sesaria pada jenis ini yaitu Sectio sesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri kira – kira sepanjang 10 cm, sedangkan sesaria ismika atau profunda dengan insisi pada segmen bawah rahim kira – kira 10 - 12 cm
b).  Sectio caesaria ekstraperitonealis
Yaitu dilakukan tanpa membuka peritonium parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal. Pada teknik ini ada tiga sayatan dilakukan kearah rahim yaitu sebagai berikut longitudinal atau memanjang menurut Kronig, sayatan melintang atau tranfersal menurut Kerr, dan sayatan hurut T atau T – incision. Teknik pada prosedur ini relati sulit, sering tanpa sengaja masuk kedalam kavum peritonium dan indikasi cidera vesika urinaria meningkat, metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap disimpan sebagai cadangan bagi kasus- kasus tertentu.

D.        Komplikasi sectio caesaria
a).  Infeksi puerperal ( nifas ), dapat ditangani dengan pemberian cairan, elektrolit      dan antibiotik
b). Perdarahan disebabkan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka, atonia uteri,dan perdarahan pada plasental bed
c). Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi
d).  Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan berikutnya.

E.         Adaptasi fisiologis ibu post partum
Pada klien post partum terjadi perubahan fisiologis yang diambil dari buku Maternal and Gynecology alih bahasa oleh Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjadjaran Bandung :
A. Perubahan pada korpus uteri
Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah kelahiran bayi disebut involusi. Dalam 12 jam setelah persalinan fundus uteri berada kira-kira  1 Cm diatas umbilikus. 6 hari setelah post partum normalnya berada kira-kira 2 jari dibawah pusat dan uterus tidak teraba pada abdomen, setelah 9 hari post partum kemudian terjadi peningkatan kontraksi untuk segera setelah persalinan yang merupakan respon untuk mengurangi volume intra uteri. Pada uteri terdapat tempat pelepasan plasenta sebesar telapak tangan . regenerasi tempat pelepasan plasenta sebelum sempurna sampai 6 minggu post partum, uterus mengeluarkan cairan melalui vagina yang disebut lochea. Pada hari pertama dan ke dua cairan berwarna merah disebut lokhea rubra, setelah 1 minggu lokhea berwarna kuning disebut lokhea serosa. 2 minggu setelah persalinan cairan cairan berwarna putih disebut lokhea alba.
B.   Perubahan pada serviks
Bagian atas servik sampai dengan segmen bawah uteri menjadi sedikit edema. Ectoservics menjadi timbul terlihat memar dan terkoyak yang memungkunan terjadinya infeksi.
C.   Vagina dan perinium
Dinding vagina yang liar berangsur-angsur sekurangnya akan tambah normal dalam waktu 6-8 minggu.
D.  Payudara
Sekresi dan ekskresi kolostrum berlangsung beberapa hari setelah persalinan pada hari ke 3 dan ke 4. peningkatan payudara menjadi penuh, tegang, lurus, akan tetapi setelah proses laktasi dimulai payudara terasa lebih nyaman. Jadi untuk itu perlu adanya Rooming In.
E.   Sistem kardiovaskuler
Volume darah cenderung menurun akibat perdarahan post partum, suhu badan meningkat dalam 24 jam pertama. Pada 6-8 jam pertama setelah persalinan pada umunya ditemukan bradikardi. Keadaan pernafasan berubah akibat dari anestesi, tekanan darah sedikit berubah atau tidak sama sekali.
F.    Sistem urinari
Fungsi ginjal akan normal dalam beberapa bulan setelah persalinan pada pasien yang terpasang kateter kemungkinan dapat terjadi infeksi saluran perkemihan.
G.  Sistem gastro intestinal
Gangguan nutrisi terjadi setelah 24 jam post partum sebagai akibat dari pembedahan dan anestesi general.
F.         Adaptasi psikologis ibu post partum
pada klien post partum terdapat perubahan psikologis yang memerlukan adaptasi secara bertahap. Menurut Rubin ada 3 fase adaptasi psikologis yang diambil dari buku maternitas dan ginekologi :
1.      Fase taking (independent) terjaid pada satu sampai dua hari post partum. Ibu sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya termasuk merawat anak.
2.      Fase taking hold (dependent – independent) terjadi pada 3 hari post partum. Ibu mulai bisa makan, minum, merawat diri serta bayinya. Pada fase ini waktu yang tepat untuk penyuluhan.
3.      Fase letting go (independent) pada fase ini ibu dan keluarganya harus segera menyesuaikan diri pada interaksi antar anggota keluarga. Fase ini berlangsung pada hari terakhir minggu pertama post partum.
G.        Fase-fase penyembuhan luka post operasi
1.      Fase pertama, penyembuhan luka dan berlangsung selama 3 hari setelah pembedahan, terjaid penunpukan fibrin mengisi luka dan pembuluh darah yang luka
2.      Fase ke dua, berlangsung 13 sampai 14 hari setelah pembedahan, tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam 6-7 hari, jahitan boleh diangkat pada waktu ini.
3.      Fase ke tiga, pertumbuhan jaringan pada luka akan terus berlanjut pada fase ini dan berlangsung kira-kira minggu kedua sampai ke enam setelah pembedahan.
4.      Fase ke empat, berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, keadaan terus menimbun, tetapi kolagen mulai menyempit dan memadat.
H.        Anestesi
Anestesi adalah suatu cara yang digunakan dengan tujuan agar menjadi tidak sadar atau hanya menghilangkan perasaan. Anestesi jenis spinal, epidural, general sering digunakan pada operasi sectio caesaria. Anestesi general digunakan jika terjadi keadaan darurat yaitu apabila pembedahan tidak segera dilaksanakan akan mengancam kehidupan ibu dan bayi. Beberapa pengaruh anestesi terhadap pasien yaitu penurunan peristaltik usus. Untuk itu pasiel diharuskan puasa 8 jam sebelum operasi dan sistem pernafasan terjadi obtruksi. 

Rahasia Kamar Operasi Itu Menyeramkan Tempat Darah Dan Potong Organ Manusia





ini yang perlu kalian tau tentang kamar oprasi. saksikan kelengkapannya di video ini.

URL KHUSUS BUAT YOUTUBER







url khusus untuk youtuber baru. bagaimana caranya agar kalian dapat url khusus yang keren seperti www.youtube.com/bennyindrajaya atau nama keren kalian lainnya, yang memudahkan kalian untuk promosi chanel kalian. saksikan videonya sampai akhir.

Tour New Room IBS Tarakan.#part1





bikin heboh di ruangan baru ibs.....disini adalah ruangan baru ibs yang akan mendatang. saksikan part pertama dan part berikutnya.

Friday, March 24, 2017

KEJANG DEMAM

A.    Pengertian 

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakronium. Kejang adalah malfungsi/gangguan mendadak pada sistem listrik otak yang diakibatkan oleh pelepasan muatan listrik yang berlebihan dari saluran cortex. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu yang tinggi, suhu badan yang tinggi menyebabkan gangguan neurologist.

B.     Etiologi

Hingga kini belum diketahui dengan pasti, demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih, kadang-kadang demam tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.
Namun demikian ada beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam, misalnya:
1.         Demam itu sendiri
2.         Efek produk toksik daripada mikro organisme terhadap otak
3.         Respon alergik yang abnormal oleh infeksi 
4.         Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
5.         Ensefalitis viral yang ringan yang tidak diketahui
6.         Gabungan semua faktor tersebut di atas
 
C.    Patofisiologi

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah Oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi adalah glukosa yang melalui oksidasi dipecah menjadi karbondioksida dan air.
Sel dikelilingi suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah Lipoid dan permukaan luar adalah Ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl-), akibatnya konsentrasi K+ dalam sel tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Sedangkan di luar sel terdapat keadaan sebaliknya, karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial.
Membran dari sel neuron, untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini perlu energi dan bantuan enzim Na-K.ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:
1.      Perubahan konsentrasi ion dirubah ekstraselular.
2.  Rangsangan yang Datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.
3.      Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan 

D.     Tanda dan Gejala

Umumnya kejang demam berlangsung singkat berupa serangan kejang klonik atau tonik bilateral. Bentuk kejang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya sentakan.
Di Sub Bagian saraf anak bagian IKA FKUI RSCM Jakarta, kriteria livingstone yang telah dimodifikasi dipakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana ialah:
1.      Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai dengan 4 tahun.
2.      Kejang berlangsung sebentar tidak lebih dari 15 menit.
3.      Kejang bersifat umum.
4.      Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
5.      Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6.      Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.
7.      Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
 
E.     Pemeriksaan Penunjang

1.      Pemeriksaan cairan serebrospinalis, terutama untuk bayi yang berumur kurang dari 6 bulan. Untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis.
2.      Pemeriksaan darah rutin, gula darah, elektrolit.
3.      Pemeriksaan CT scan.
4.      Pemeriksaan Elektro Encephalo Grafi

Wednesday, March 22, 2017

MENGATASI KANGKER OVARIUM DENGAN HISTERKTOMY

KONSEP DASAR

A.    Pengertian
Kanker merupakan penyakit sel dengan ciri kegagalan atau gangguan dalam mengatur multiplikasi dan fungsi hemostatisnya dalam organisme multiseluler. Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histogenesis yang beraneka ragam.

B.     Etiologi
Kanker ovarium juga bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat kanker ovarium, kanker payudara atau kanker kolon. Disamping itu, Selain gizi dengan jumlah lemak tinggi faktor diet dengan nilai gizi rendah juga cenderung dapat meningkatkan terjadinya kanker ovarium.
Resiko terbesar terjadinya kanker ovarium adalah ovulasi yang terus berlangsung tanpa entrupsi dalam waktu lama. Penggunaan metode pil KB, kehamilan multiple dan menyusui yang menurunkan frekuensi dari ovulasi tampaknya memberikan proteksi terhadap kejadian kanker.
    
C.    Patofisiologi
Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar menyebabkan berbagai keluhan seperti perasaan sebah, makan sedikit terasa cepat kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun. Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites. Kanker ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, entodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam.
Kanker ovarium juga bisa menyebabkan penekanan pada kandung kemih dan rektum yang dapat menyebabkan perasaan buang air kecil (dalam pengertia bila tidak menderita biasanya setiap melakukan buang air kecil sekitar 400 cc, maka pada penderita kanker ovarium ini baru 200 cc buang air kecil biasanya akan kembali lagi buang air kecil dan apabila tumor semakin besar keluhan dapat dirasakan antara lain perut bagian bawah tegang dan membesar, kemudian adanya penekanan terhadap organ-organ dalam rongga panggul lainnya yang dapat menyebabkan nyeri pada saat senggama. Dan nyeri yang hebat juga dapat dirasakan apabila tumor pecah atau terpuntir sedangkan pada stadium lanjut dapat terjadi penimbunan cairan dalam rongga perut atau rongga dada yang dapat menyebabkan keluhan sesak nafas, yang kemudian dapat menimbulkan penjalaran tumor kebagian organ-organ rongga panggul dan rongga perut seperti usus, omentum, hati, dan limfa serta dinding perut.
Stadium klinik kanker ovarium menurut FIGO
STADIUM KLINIK FIGO
STADIUM I
Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
Ia

Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium tidak ada tumor pada permukaan luar, kapsul ovarium inteke
Ib

Kedua ovarium tanpa asites, inteke tumor pada permukaan luar, kapsul ovarium inteke.
Ic

Tumor pada permukaan luar pada satu atau dua ovarium dengan kapsul ruptor atau dengan asites yang mengandung sel-sel ganas atau peritonial washing positif.
STADIUM II
Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan penyebaran pelvik.
IIa
Penyebaran atau metastase ke uterus atau tuba.
IIb
Penyebaran keorgan pelvik lain.
IIc
Seperti stadium IIa dan IIb, tetapi dengan tumor pada permukaan, kapsul ruptur atau dengan asites mengandung sel ganas atau peritonial washing positif.
STADIUM III

Tumor pada satu atau dua ovarium dengan implantasi teritonium diluar pelvis dan adanya nodus retroperinal atau iguinal. Metastase pada hepar superfisial juga stadium III.
Secara makros tumor terbatas pada panggul sejati, tetapi secara histologik terbukti terdapat penyabaran ganas keusus halus.
IIa

Secara makros tumor terbatas pada panggul sejati tanpa nodus, namun secara histologik terbukti terdapat penyebaran mikroskopis kepermukaan peritorium abdomen.
IIIb

Tumor pada satu atau dua ovarium terbukti secara histologik terdapat pertumbuhan pada permukaan peritonium abdomen dengan diameter kurang dari  2 cm. Tanpa nodus.
IIIc

Terdapat implantasi abdomen lebih dari 2cm, dengan nodus retropenial atau inguinal positif.
STADIUM IV
Terdapat metastase jauh. Sitologi positif pada cairan pleura. Metastase ke parenkim hepar.

D.    Manifestasi klinis
Tidak ada tanda dan gejala awal yang spesifik dari kanker ovarium. Ini adalah merupakan alasan utama dimana begitu banyak tumor ditemukan hanya bila tumor meluas. Kanker ovarium sering kali baru terdiagnosa pada stadium yang lebih lanjut dimana masa tumor sudah mulai menekan organ-organ disekitarnya. Namun tanda dan gejala kanker ovarium dapat berupa :
1.            Rasa tidak enak diperut
2.            Gangguan saluran cerna yang terus menerus, seperti diare, kembung, sembelit.
3.            Rasa nyeri dan berat dirongga panggul.
4.            Peningkatan atau penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.
5.            Pembengkakan perut yang tidak nyeri
6.            Perdarahan melalui vagina yang tidak lazim
7.            Mual muntah.
8.            Kehilangan nafsu makan.
9.            Sering buang air kecil.
10.        Sesak nafas.
11.        Demam.
12.        Nyeri saat berhubungan intim.

E.     Pemeriksaan Penunjang
Upaya yang dilakukan  adalah dengan melakukan pemeriksan  secara berkala yang meliputi :
1.      Pemeriksaan klinis genekologik untuk mendeteksi adanya kista atau  pembesaran ovarium lainnya.
2.      Pembesaran  Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah.
3.      CT-Scaning/MRI bila dianggap perlu.
4.      Pemeriksaan petanda tumor(tumor marker).
                                                                            
F.     Komplikasi
Komplikasi pada pasien karsinoma ovarium seringkali sulit untuk dibedakan hal-hal yang disebabkan oleh pengobatan. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien wanita premenopause. Kemoterapi dengan cisplatin dihubungkan dengan mual, muntah dan suspresi sumsum tulang, mungkin juga muncul masalah potensial ototoksik, nefrotoksik dan neurotoksik. penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus, asites, fistula dan edema ekstrimitas bawah.

G.    Penatalaksanaan
Umumnya pengelolaan tumor ganas ovarium didasarkan atas tingkat klinis, jenis tumor dan gambaran histopatologik.
Pada tingkat klinis I dan II dilakukan pembedahan dasar dengan pengangkatan uterus, adneks, omentum dan apendiks. Pada tingkat klinis III dan IV dilakukan pembedahan dasar  yaitu pengangkatan melalui tindakan pembedahan histerektomi total  dengan pengangkatan tuba fallopi dan ovarium. Perawat juga harus memberikan asuhan kerperawatan secara komprehensif meliputi aspek fisik, psikologi, serta dampak emosi pasien dan keluarga karena mengingat bahwa juga bahwa pasien kanker ovarium untuk harapan hidup dan angka kesembuhan  yang rendah, lamanya perawatan serta biaya  pengobatan tinggi, maka peran perawat sangat penting sebagai motivator dengan memberikan dukungan, perhatian, meningkatkan kepercayaan diri pasien serta menganjurkan pasien berdoa sesuai kepercayaan nya untuk mendorong semangat hidup pasien dengan tetap melibatkan keluarga.

H.    Histerektomi
  1. Pengertian
Histerektomi merupakan tindakan pengangkatan uterus, melalui pembedahan. Paling umum dilakukan untuk keganasan dan kondisi keganasan tertentu.
  1. Indikasi
 Kanker, pendarahan uterus disfungsi endometriosis, pertumbuhan nonmalignal dalam uterus, servik dan adenoksa, prolaps, pelvis, cedera pada uterus yang tidak dapat diperbaiki serta pra kanker dileher rahim.
  1. Macam-macam Histerektomi
Berdasarkan luas dan bagian rahim yang diangkat, tindakan histerektomi bisa dikategorikan tiga jenis
a.       Histerektomi subtotal     :     “Pengangkatan supravaginal
b.      Histerektomi total          :     “Pengangkatan badan dan leher rahim seperti pengangkatan uterus, serviks, dan ovarium.
c.       Histerektomi radikal      :     “Pengangkatan jaringan penggantung diangkat sampai kedinding panggul dan 1/3 panjang saluran vaginal, seperti pengangkatan uterus, admeksa, vagina, proximal, dan noduslimfe bilateral melalui insisi adomen”.

  1. Penatalaksanaan Post Histerktomi
Pendarahan dapat terjadi setelah post histerektomi. Untuk menditeksi komplikasi ini secara dini, memantau tanda-tanda vital pasien balutan abdomen dipantau terhadap drainase jika tindakan abdomen digunakan. Dalam persiapan untuk pemulaan dari rumah sakit. Perawat memberikan pedoman mengenai pembatasan aktivitas untuk meningkatkan penyembuhan dan pencegahan perdarahan pasca operatif.
Karena posisi selama pembedahan, edema pasca operatif dan immobilitas, pasien beresiko mengalami trombosis vena profunda dan embolus pulmonal. Untuk meminimalkan resiko ini, stoking elastis digunakan, selain itu pasien didorong dan dibantu untuk mengubah posisi dengan sering, meski tekanan dibawah  lutut harus dihindari. Perawat membantu pasien untuk ambulasi dini dalam periode pasca operatif dan pasien didorong untuk melakukan latihan pada tungkai serta kakinya. Ketika ia sedang ditempat tidur. Selain itu perawat mengkaji terhadap adanya trombosis vena profunda (nyeri pada tungkai, tanda homan positif). Karena pasien mungkin dipulangkan dalam satu atau dua hari setelah pembedahan diinstrusikan untuk menghindari duduk di kursi dalam waktu lama dengan tekanan pada lutut, duduk dengan tungkai disilang, dan immobilitas.
Disfungsi kandung kemih, karena kemungkinan kesulitan dalam berkemih secara pasca operatif dapat dipasang sebelum pembedahan dan dibiarkan dalam periode singkat setelah pembedahan, jika kateter terpasang maka kateter tersebut biasanya dilepaskan segera setelah pasien ambulasi. Setelah kateter terlepas, haluran urine pasien dipantau selain itu, abdomen dikaji terhadap distensi.

  1. Komplikasi histerektomi
a.       Hemoragi
Himoragi pasca operasi timbul biasanya karena ikatannya terlepas atau oleh karena usaha penghentian darah kurang sempurna. Perdarahan yang mengalir keluar mudah diketahui, yang sulit diketahui adalah perdarahan dalam rongga perut.

b.      Trombosis Vena Profunda
karena posisi selama pembedahan, edema post operasi dan imobilitas pasien resiko untuk mengalami trombosis vena profunda dan embolus pulmonal.

c.       Disfungsi Kandungan Kemih

Karena kemungkinan kesulitan dalam berkemih posca operasi.