KONSEP DASAR
A. Pengertian
Kanker merupakan penyakit sel dengan ciri kegagalan
atau gangguan dalam mengatur multiplikasi dan fungsi hemostatisnya dalam
organisme multiseluler. Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan
histogenesis yang beraneka ragam.
B. Etiologi
Kanker ovarium juga bisa terjadi karena beberapa
faktor yaitu wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas 35
tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat kanker ovarium, kanker
payudara atau kanker kolon. Disamping itu, Selain gizi dengan jumlah lemak
tinggi faktor diet dengan nilai gizi rendah juga cenderung dapat meningkatkan terjadinya
kanker ovarium.
Resiko terbesar terjadinya kanker ovarium adalah
ovulasi yang terus berlangsung tanpa entrupsi dalam waktu lama. Penggunaan
metode pil KB, kehamilan multiple dan menyusui yang menurunkan frekuensi dari
ovulasi tampaknya memberikan proteksi terhadap kejadian kanker.
C. Patofisiologi
Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke
jaringan sekitar menyebabkan berbagai keluhan seperti perasaan sebah, makan
sedikit terasa cepat kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun. Kecenderungan
untuk melakukan implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas
ovarium yang menghasilkan asites. Kanker ovarium merupakan kumpulan tumor
dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast
(ektodermal, entodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun
biologis yang beraneka ragam.
Kanker ovarium juga bisa menyebabkan penekanan pada
kandung kemih dan rektum yang dapat menyebabkan perasaan buang air kecil (dalam
pengertia bila tidak menderita biasanya setiap melakukan buang air kecil
sekitar 400 cc, maka pada penderita kanker ovarium ini baru 200 cc buang air
kecil biasanya akan kembali lagi buang air kecil dan apabila tumor semakin
besar keluhan dapat dirasakan antara lain perut bagian bawah tegang dan
membesar, kemudian adanya penekanan terhadap organ-organ dalam rongga panggul
lainnya yang dapat menyebabkan nyeri pada saat senggama. Dan nyeri yang hebat
juga dapat dirasakan apabila tumor pecah atau terpuntir sedangkan pada stadium
lanjut dapat terjadi penimbunan cairan dalam rongga perut atau rongga dada yang
dapat menyebabkan keluhan sesak nafas, yang kemudian dapat menimbulkan
penjalaran tumor kebagian organ-organ rongga panggul dan rongga perut seperti
usus, omentum, hati, dan limfa serta dinding perut.
Stadium
klinik kanker ovarium menurut FIGO
STADIUM KLINIK FIGO
|
|
STADIUM I
|
Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
|
Ia
|
Pertumbuhan
terbatas pada satu ovarium tidak ada tumor pada permukaan luar, kapsul
ovarium inteke
|
Ib
|
Kedua ovarium
tanpa asites, inteke tumor pada permukaan luar, kapsul ovarium inteke.
|
Ic
|
Tumor pada
permukaan luar pada satu atau dua ovarium dengan kapsul ruptor atau dengan
asites yang mengandung sel-sel ganas atau peritonial washing positif.
|
STADIUM II
|
Pertumbuhan
pada satu atau kedua ovarium dengan penyebaran pelvik.
|
IIa
|
Penyebaran
atau metastase ke uterus atau tuba.
|
IIb
|
Penyebaran
keorgan pelvik lain.
|
IIc
|
Seperti
stadium IIa dan IIb, tetapi dengan tumor pada permukaan, kapsul ruptur atau
dengan asites mengandung sel ganas atau peritonial washing positif.
|
STADIUM III
|
Tumor pada
satu atau dua ovarium dengan implantasi teritonium diluar pelvis dan adanya
nodus retroperinal atau iguinal. Metastase pada hepar superfisial juga
stadium III.
Secara makros
tumor terbatas pada panggul sejati, tetapi secara histologik terbukti
terdapat penyabaran ganas keusus halus.
|
IIa
|
Secara makros
tumor terbatas pada panggul sejati tanpa nodus, namun secara histologik
terbukti terdapat penyebaran mikroskopis kepermukaan peritorium abdomen.
|
IIIb
|
Tumor pada
satu atau dua ovarium terbukti secara histologik terdapat pertumbuhan pada
permukaan peritonium abdomen dengan diameter kurang dari 2 cm. Tanpa nodus.
|
IIIc
|
Terdapat
implantasi abdomen lebih dari 2cm, dengan nodus retropenial atau inguinal
positif.
|
STADIUM IV
|
Terdapat
metastase jauh. Sitologi positif pada cairan pleura. Metastase ke parenkim hepar.
|
D. Manifestasi klinis
Tidak ada tanda dan gejala awal yang spesifik dari
kanker ovarium. Ini adalah merupakan alasan utama dimana begitu banyak tumor ditemukan
hanya bila tumor meluas. Kanker ovarium sering kali baru terdiagnosa pada
stadium yang lebih lanjut dimana masa tumor sudah mulai menekan organ-organ
disekitarnya. Namun tanda dan gejala kanker ovarium dapat berupa :
1.
Rasa tidak enak diperut
2.
Gangguan saluran cerna yang terus menerus, seperti
diare, kembung, sembelit.
3.
Rasa nyeri dan berat dirongga panggul.
4.
Peningkatan atau penurunan berat badan yang tidak jelas
penyebabnya.
5.
Pembengkakan perut yang tidak nyeri
6.
Perdarahan melalui vagina yang tidak lazim
7.
Mual muntah.
8.
Kehilangan nafsu makan.
9.
Sering buang air kecil.
10.
Sesak nafas.
11.
Demam.
12.
Nyeri saat berhubungan intim.
E. Pemeriksaan Penunjang
Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksan secara berkala yang meliputi :
1.
Pemeriksaan klinis genekologik untuk mendeteksi adanya
kista atau pembesaran ovarium lainnya.
2.
Pembesaran
Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi
aliran darah.
3.
CT-Scaning/MRI bila dianggap perlu.
4.
Pemeriksaan petanda tumor(tumor marker).
F. Komplikasi
Komplikasi pada pasien karsinoma ovarium seringkali
sulit untuk dibedakan hal-hal yang disebabkan oleh pengobatan. Infertilitas
adalah akibat dari pembedahan pada pasien wanita premenopause. Kemoterapi
dengan cisplatin dihubungkan dengan mual, muntah dan suspresi sumsum tulang,
mungkin juga muncul masalah potensial ototoksik, nefrotoksik dan neurotoksik.
penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus,
asites, fistula dan edema ekstrimitas bawah.
G. Penatalaksanaan
Umumnya pengelolaan tumor ganas ovarium didasarkan
atas tingkat klinis, jenis tumor dan gambaran histopatologik.
Pada tingkat klinis I dan II dilakukan pembedahan
dasar dengan pengangkatan uterus, adneks, omentum dan apendiks. Pada tingkat
klinis III dan IV dilakukan pembedahan dasar yaitu pengangkatan melalui tindakan pembedahan
histerektomi total dengan pengangkatan
tuba fallopi dan ovarium. Perawat juga harus memberikan asuhan kerperawatan
secara komprehensif meliputi aspek fisik, psikologi, serta dampak emosi pasien
dan keluarga karena mengingat bahwa juga bahwa pasien kanker ovarium untuk harapan
hidup dan angka kesembuhan yang rendah,
lamanya perawatan serta biaya pengobatan
tinggi, maka peran perawat sangat penting sebagai motivator dengan memberikan
dukungan, perhatian, meningkatkan kepercayaan diri pasien serta menganjurkan
pasien berdoa sesuai kepercayaan nya untuk mendorong semangat hidup pasien dengan
tetap melibatkan keluarga.
H. Histerektomi
- Pengertian
Histerektomi merupakan tindakan pengangkatan uterus, melalui
pembedahan. Paling umum dilakukan untuk keganasan dan kondisi keganasan
tertentu.
- Indikasi
Kanker, pendarahan
uterus disfungsi endometriosis, pertumbuhan nonmalignal dalam uterus, servik
dan adenoksa, prolaps, pelvis, cedera pada uterus yang tidak dapat diperbaiki
serta pra kanker dileher rahim.
- Macam-macam
Histerektomi
Berdasarkan luas dan bagian rahim yang diangkat, tindakan
histerektomi bisa dikategorikan tiga jenis
a. Histerektomi subtotal : “Pengangkatan
supravaginal
b. Histerektomi total : “Pengangkatan
badan dan leher rahim seperti pengangkatan uterus, serviks, dan ovarium.
c. Histerektomi radikal : “Pengangkatan
jaringan penggantung diangkat sampai kedinding panggul dan 1/3 panjang saluran
vaginal, seperti pengangkatan uterus, admeksa, vagina, proximal, dan noduslimfe
bilateral melalui insisi adomen”.
- Penatalaksanaan
Post Histerktomi
Pendarahan dapat terjadi setelah post histerektomi. Untuk
menditeksi komplikasi ini secara dini, memantau tanda-tanda vital pasien
balutan abdomen dipantau terhadap drainase jika tindakan abdomen digunakan.
Dalam persiapan untuk pemulaan dari rumah sakit. Perawat memberikan pedoman
mengenai pembatasan aktivitas untuk meningkatkan penyembuhan dan pencegahan
perdarahan pasca operatif.
Karena posisi selama pembedahan, edema pasca operatif dan immobilitas,
pasien beresiko mengalami trombosis vena profunda dan embolus pulmonal. Untuk
meminimalkan resiko ini, stoking elastis digunakan, selain itu pasien didorong
dan dibantu untuk mengubah posisi dengan sering, meski tekanan dibawah lutut harus dihindari. Perawat membantu
pasien untuk ambulasi dini dalam periode pasca operatif dan pasien didorong
untuk melakukan latihan pada tungkai serta kakinya. Ketika ia sedang ditempat
tidur. Selain itu perawat mengkaji terhadap adanya trombosis vena profunda
(nyeri pada tungkai, tanda homan positif). Karena pasien mungkin dipulangkan
dalam satu atau dua hari setelah pembedahan diinstrusikan untuk menghindari
duduk di kursi dalam waktu lama dengan tekanan pada lutut, duduk dengan tungkai
disilang, dan immobilitas.
Disfungsi kandung kemih, karena kemungkinan kesulitan dalam
berkemih secara pasca operatif dapat dipasang sebelum pembedahan dan dibiarkan
dalam periode singkat setelah pembedahan, jika kateter terpasang maka kateter
tersebut biasanya dilepaskan segera setelah pasien ambulasi. Setelah kateter
terlepas, haluran urine pasien dipantau selain itu, abdomen dikaji terhadap
distensi.
- Komplikasi
histerektomi
a.
Hemoragi
Himoragi pasca operasi timbul biasanya karena ikatannya
terlepas atau oleh karena usaha penghentian darah kurang sempurna. Perdarahan
yang mengalir keluar mudah diketahui, yang sulit diketahui adalah perdarahan
dalam rongga perut.
b.
Trombosis Vena Profunda
karena posisi selama pembedahan, edema post operasi
dan imobilitas pasien resiko untuk mengalami trombosis vena profunda dan
embolus pulmonal.
c.
Disfungsi Kandungan Kemih
Karena kemungkinan kesulitan dalam berkemih posca
operasi.
No comments:
Post a Comment
trimakasih atas kritik dan sarannnya....