selamat datang

salam sehat ala sholawat shifak

Sunday, March 19, 2017

Epilepsi

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Epilepsi saat ini pandangan masyarakat masih merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh orang yang melihatnya. Opini masyarakat tentang epilepsi yaitu karena anggapan masyarakat bahwa pewnyakit ini merupakan penyakit menular, menjijikkan waktu kumat, penyakit turunan. Karena pengertian yang salah mengenai epilepsi dimasyarakat menyebabkan penatalaksanaan epilepsi belum mencapai optimal. Penderita sering tidak dibawa berobat tapi malahan disembunyikan karena dianggap sakit jiwa, membawa sial dan merupakan aib bagi keluarga.
Epilepsi merupakan suatu maslah neurologis yang relatif sering terjadi dan epilepsi dapat menyerang semua kelompok usia juga segala jenis bangsa dan keturunan diseluruh dunia. Lebih kurang 70% dapoat terjadi sebelum usia 20 tahun dan lebih sering terjadi pada kanak-kanak.
Di Indonesia epilepsi lebih dikenal dengan nama seperti sawan, ayan atau gila babi dan hingga saat ini masih banyak yang menghubungkannya dengan hal gaib dan berusaha menyebuhkan dengan cara-cara mistik. Ada orang-orang tertentu yang tampaknya jauh lebih mudah mengalami serangan epilepsi jika dibandingkan dengan yang lain. Pada kebanyakan kasus mungkin terdapat interaksi antara predisposisi pembawaan dan faktor-faktor lingkungan. Insiden epilepsi lebih sering dijumpai pada keturunan orang yang menderita epilepsi jika dibandingkan dengan penduduk lain pada umumnya.
B.      Tujuan Penulisan
1.      Memenuhi tugas yang diberikan kepada kami sebagai pembelajaran tentang penyakit epilepsi.
2.      Dapat mengetahui patofisiologi dari epilepsi
3.      Dapat memberikan penatalaksanaan yang tepat pada penderita epilepsi.


BAB II
KONSEP DASAR

A.     Pengertian
1.      Adalah kelainan fungsional otak yang serangannya bersifat kumat-kumatan. Bentuk serangan yang paling sering adalah kejang yang dimulai dengan hilangnya kesadaran, hilangnya kendali terhadap gerak dan terjadinya kejang tonik atau klonik pada anggota badan.
2.      Gejala yang komplek dari beberapa gangguan fungsi otak yang cirinya adalah serangan berulang. Bangkitan kejang merupakan satu manifestasi daripada muatan listrik yang berlebihan dari sel neuron saraf pusat. Gangguan ini dapat disebabkan faktor fisiologis, biokimiawi, anatomis atau gabungan ketiganya.
B.      Etiologi epilepsi
Biasanya tidak ada penyebab yang dapat didemonstrasikan (epilepsi Idiopatik)
1.      Sinkop
a.       Serangan pingsan vaso-vagal
b.      Penyakit arteri serebri-stenosis karotis dan iskemia vertebro basilaris.
c.       Curah jantung rendah-serangan stokes-adam pada bolok jantung, penyakit sino-atrial dan stenosis aorta
d.      Sincop post-miksi dan batuk. Sinkop”emotional disstressdan sinkop sinus karotikus
e.       Hipotensi postural mungkin disebabkan oleh obat-obatan hipotensi atau sedatif terutama pada orang tua.
2.      Kelainan metabolik
a.       Hipoglikemia
b.      Hipokalsemia
c.       Gagal ginjal atau gagal hati
d.      Keracunan obat
3.      Kelainan serebral
a.       Tumor, abses atau angioma otak
b.      Sequel cedera kepala hebat dan cedera lahir
c.       Arterosklerosis otak
d.      Penyebab lain yang jarang termasuk toksoplasmosis, sistiserkosis, sifilis dan systemik lupus erythematosis
e.       Malaria falciparum

Serangan epilepsi tercetus oleh rangsangan televisi, kilatan cahaya, stres, dan ansietas atau lelah, sindroma premenstruasi, alkohol ( kadang-kadang akibat hipoglikemia terutama pada penderita diabetes dan intoksikasi air.

C.      Klasifikasi internasional serangan epilepsi :
1.      Serangan parsial
Lebih dari 60% serangan termasuk ke dalam klasifikasi serangan partial
a.       Simptomatologik elemeter ( motor, sensorik atau autonomik ). Disebut epilepsi jacksonian atau epilepsi fokal. Serangan-serangan ini terjadi tanpa kehilangan kesadaran bila uniteral, kehilangan kesadaran bila unilateral, kehilangan kesadaran bila bilateral. Serangan ini gejalanya tergantung pada daerah terkena, bisa terdiri dari gejala-gejala motor, sensori atau autonomik atau kombinasi ketiganya.
b.      Simptomatik komplek ( psikomotor epilepsi atau epilepsi lobus temporalis ). Serangan-serangan ini bisa terjadi pada semua umur tapi sering terjadi pada orang dewasa. Didahului oleh aura yang terdiri atas gejala-gejala kognitif, afektif, psikosensori, psikomotor atau bentuk kombinasi. Biasanya masih sadar pada waktu serangan tetapi tidak dapat mengingat kembali apa yang terjadi.
2.      Serangan umum
a.       Lena ( Absence ) / Petitmal
Serangan terjadi secara tiba-tiba tanpa didahului aura. Kesadaran hilang selama beberapa detik ditandai dengan terhentinya percakapan untuk sesaat,  pandangan kosong atau mata berkedip dengan cepat. Hampir selalu pada anak-anak mungkin menghilang waktu remaja atau diganti dengan serangan tonik-klonik.
b.      Mioklonik
Serangan-serangan ini terdiri atas kontraksi-kontraksi otot-otot yang singkat dan tiba-tiba, bisa simetris atau asimetris, sinkronis atau asinkronis. Biasanya tidak ada kehilangan kesadaran selama serangan.
c.       Tonik
Serangan-serangan ini terdiri atas tonus otot dengan tiba-tiba meningkat dari otot ekstremitas sehingga terbentuk sejumlah sikap yang khas. Biasanya kesadaran hilang hanya beberapa menit. Terjadi pada anak-anak umur 1-7 tahun.
d.      Klonik
Serangan dimulai dengan kehilangan kesadaran yang disebabkan oleh hipotonia yang tiba-tiba atau spasme tonik yang singkat. Keadaan ini diikuti oleh sentakan-sentakan bilateral yang lamanya satu menit sampai beberapa menit yang sering asimetris dan bisa predominasi pada satu anggota tubuh.
e.       Tonik-klonik / Grandmal
Merupakan jenis serangan klasik epilepsi. Serangan ini ditandai oleh suatu aura berupa suatu sensasi pengelihatan atau pendengaran selama beberapa saat yang diikuti oleh kehilangan kesadaran secara cepat.
f.       Atonik
Serangan-serangan atonik atas kehilangan tonus tubuh. Keadaan ini bisa dimanifestasikan oleh kepala yang teranggik-angguk, lutut lemas, atau kehilangan total dari otot dan pasien bisa jatuh dan mendapatkan luka-luka. Biasanya tidak ada kehilangan kesadaran selama serangan.
3.      Serangan unilateral ( predominan )
4.      Serangan epilepsi yang tidak dapat digolongkan ( karena datanya tidak lengkap )


D.     Patofisiologi
Gejala-gejala serangan epilepsi sebagian timbul sesudah otak mengalami gangguan sedangkan beratnya serangan tergantung dari lokasi dan keadaan patologi.
Lesi pada otak tengah, talamus dan kortek serebri kemungkinan bersifat epileptogenik. Sedangkan lesi pada serebelum dan batang otak biasanya tidak mengakibatkan serangan epilepsi.
Bangkitan epilepsi yang terjadi karena adanya lepas muatan listrik yang berlebihan dari sekelompok neuron disusunan saraf pusat yang dapat tetap terlokalisir pada kelompok neuron tersebut atau meluas ke seluruh hemisfir dan batang otak. Lepas muatan listrik yang abnormal ini terjadi karena adanya gangguan keseimbangan antara proses eksistasi dan inhibisi pada interaksi neuron. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan pada sel neuronnya sendiri maupun transmisi sinaptik.
Pada tingkat membran sel, neuron epileptik ditandai oleh fenomena biokimia tertentu.
Beberapa diantaranya adalah :
1.      Ketidakstabilan membran sel saraf sehingga sel mudah diaktifkan.
2.      Neuron hipersensitif dengan ambang yang menurun sehingga mudah terangsang dan terangsang secara berturut-turut.
3.      Mungkin terjadi polarisasi yang abnormal (polarisasi berlebihan, hiperplarisasi atau terhentinya repolarisasi) karena terjadi perbedaan potensial listrik lapisan intrasel dan ekstrasel rata-rata 70 mvolt dimana intraseluler relatif lebih rendah.
4.      Ketidakseimbangan ion yang mengubah lingkungan kimia dari neuron. Pada waktu terjadi serangan keseimbangan elektrolit pada tingkat neuronal mengalami perubahan. Ketidakseimbangan ini akan menyebabkan membran neuron mengalami depolarisasi.
Transmisi sinaptik oleh neurotransmiter yang dapat bersifat eksitasi atau inhibisi dalam keadaan gangguan keseimbangannya akan mempengaruhi polarisasi membran sel. Neurotransmiter yang bersifat inhibisi dimana akan menimbulkan hyperpolarisasi membran diantaranya GABA dan Glisin sedangkan yang bersifat fasilitas atau eksitasi akan menimbulkan keadaan depolarisasi yang akan melepaskan muatan listrik secara berlebihan diantaranya asetilkolin, noradrenalin, dopamin, 5 hidroksitriptamin.
Karena hal tersebut diatas beberapa keadaan dapat mencetuskan bangkitan epilepsi diantaranya faktor genetik dimana sel neuron mempunyai faktor intrinsik untuk terjadinya lepas muatan listrik yang abnormal, perubahan pada sel yang ditimbulkan oleh gangguan keseimbangan elektrolit misalnya anoreksia, hipoksia, hipokapnia, hipoglikemia, hiperglikemia, hiperkalsemia, dehidrasi, gangguan hormon adrenal dan progesteron, gangguan pelepasan neurotransmitter misalnya pada kerusakan serebral atau adanya toksin.
Penyebaran fokus epilepsi dari sekelompok neuron ke bagian otak lain dapat terjadi oleh gangguan pad kelompok neuron inhibitor yang berfungsi menahan pengaruh sel neuron lain sehingga terjadi sinkronisasi dan aktifasi yang berulang-ulang, sirkuit kortikokortikal dimana perluasan terjadi melalui serabut asosiasi atau ke kontralateral melalui kospos kallosum, projeksi talamo-kortikal difus dimana penyebaran ke seluruh ARAS sehingga penderita kehilangan kesadarannya atau gangguan pada formatio retikularis sehingga sistem motoris kehilangan kontrol normalnya, menimbulkan kontraksi otot polos.
E.      Faktor-faktor yang dapat menimbulkan adanya masalah psikososial :
1.      Prasangka dan ketidaktahuan masyarakat tentang epilepsi
2.      Pendidikan
3.      Pekerjaan
4.      Olahraga
5.      Wanita dan epilepsi
6.      Mengendarai kendaraan bermotor
7.      Ketergantungan.
F.       Pengkajian
1.      Biodata
Yang dikaji adalah nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, agama serta data keluarga.apakah ada kehilangan kesadaran / pingsan
2.      Apa yang terjadi selama serangan
a.       Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat / lena
b.      Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh kelantai ?
c.       Apakah disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik-klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.
d.      Apakah pasien mengginggit lidah.
e.       Apakah mulut berbuih.
f.       Apakah ada inkontinensia urine dan feses
g.      Apakah bibir atau muka berubah warna
h.      Apakah mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.
i.        Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu sisi atau keduanya.
3.      Sesudah serangan
a.       Apakah pasien : letargi, bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan bicara dll.
b.      Apakah ada perubahan dalam gerakan misalnya hemiplegia sementara.
c.       Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi sebelum, selama dan sesudah serangan.
d.      Apakah terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyut jantung.
e.       Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang ( memar, luka goresan ).

4.      Riwayat sebelum serangan
a.       Apakah ada gangguan tingkah laku, emosi.
b.      Apakah disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar. Apakah ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik, olfaktorik maupun visual.
5.      Riwayat penyakit
a.       Sejak kapan serangan seperti diatas terjadi.pada usia berapa serangan pertama terjadi.
b.      Frekuensi serangan
c.       Apakah ada keadaan yang mempresipitasi serangan seperti demam, kurang tidur, keadaan emosional.
d.      Apakah penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang.
e.       Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak.
f.       Apakah makan obat-obat tertentu seperti alkohol dll.
g.      Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
G.     Diagnosa Keperawatan
1.      Potensial terjadi luka / trauma berhubungan dengan kehilangan kesadaran yang tiba-tiba.
2.      Tidak efektif jalan nafas berhubungan dengan terjadinya sumbatan lendir atau sekret ditrakeobronkial.
3.      Gangguan konsep diri : rendah diri berhubungan dengan punya penyakit epilepsi
4.      Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnyua.
5.      Tidak efektifnya koping individu berhubungan cacar psikososial dan sosial.
6.      Potensial terjadi serangan berulang atau status epileptikus.
H.     Kreteria Evaluasi
1.      Tidak terjadi luka fisik pada pasien
2.      Saluran napas menjadi lancar.
3.      Harga diri pasien meningkat
4.      Pasien mengerti mengenai penyakitnya.
5.      Pasien mendapat mengenali kekuatan-kekuatan sehingga dapat hidup dimasyarakat dengan baik.
6.      Pasien rajin minum obat sehingga tidak terjadi serangan berulang.
I.        Perencanaan dan Implementasi
1.      Mengontrol serangan dan mencegah serangan berulang.
a.       Kenali penyebab / stimulasi yang dapat menyebabkan rangsangan.
b.      Kenali aura sebelum terjadi serangan
c.       Anjurkan agar pasien / keluarga untuk mencatat kejadian-kejadian serangan ( jumlah, lamanya, waktu kejadian, pola tidur / makan ) untuk membantu menentukan terapi.
d.      Tekankan pentingnya mendapatkan obat anti epilepsi yang teratur dan tidak boleh menghentikan obat tanpa pengawasan dokter.jelaskan kepada pasien efek dari obat anti epilepsi.
e.       Anjurkan pasien untuk memeriksakan darah secara teratur untuk mengevaluasi apakah obat antiepilepsi menekan hemopoiesis.
2.      Perawatan sewaktu terjadi serangan
a.       Pada saat pasien mendapat serangan pasien tidak boleh tinggalkan karena bisa terjadi bahaya-bahaya misalnya luka fisik, aspirasi, lidah tergigit.
b.      Miringkan kepala pasien untuk mencegah aspirasi.
c.       Jika sempat masukkan penekan lidah dengan segera ke dalam mulut.
d.      Bila serangan tidak terjadi ditempat tidur letakkan bantal dibawah kepala pasien atau letakkan kepala pasien dipangkuan perawat untuk mencegah kepala pasien terbentur dilantai.
e.       Alat-alat yang membahayakan disingkirkan.
f.       Ekstremitas harus ditahan tapi tidak boleh terlalu kuat.
g.      Pakaian-pakaian yang sempit dilonggarkan.
h.      Catat semua gejala-gekjala dan tanda-anada serangan
i.        Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antiepilepsi.

3.      Setelah serangan
a.       Bila pasien tidak sadar
1).    Jaga agar napas menjadi lancar dengan miringkan kepala pasien.
2).    Jaga agar tanda-tanda vital tetap normal.
3).    Kebutuhan cairan dan elektrolit harus diperhatikan misalnya diberi infus dan makanan cair melalui NGT.
b.      Kaji apakah pasien dapat mengingat apa yang telah terjadi.
c.       Beri rasa aman pada pasien
d.      Kaji apakah terjadi trauma fisik.
4.      Meningkatkan harga diri
a.       Diskusikan dengan pasien bagaimana pendapat pasien mengenai penyakitnya.
b.      Kenali kekuatan / ketrampilan pasien, agar pasien dapat hidup di masyarakat dengan baik.
c.       Dorong pasien dapat mempergunakan kekuatan atau hal-hal yang positif pada dirinya sehingga dapat mengurangi stress.
5.      Pendidikan untuk pasien
a.       Pasien harus mengerti tentang kondisi penyakitnya.
b.      Perlunya minum obat secara teratur.
c.       Jelaskan faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan
1).        Jumlah yang tidak adekuat dari obat antiepileptik dalam darah.
2).        Obat-obat antiepilepsi yang tidak cocok
3).        Hyperventilasi
4).        Trauma otak, demam, penyakit.
5).        Kurang / tidak tidur.
6).        Stress emosional
7).        Perubahan-perubahan hormonal seperti kehamilan dan menstruasi
8).        Nutrisi yang buruk.
9).        Tidak seimbang cairan dan elektrolit
10).    Alkohol / obat-obatan

d.      Jelaskan tentang konsekuensi-konsekuensi psikososial tentang :
1).        Pekerjaan
2).        Mengendarai mobil
3).        Sport dan rekreasi
4).        Mandi
5).        Kehamilan
6).        Minum-minum alkohol

7).        Ada tanda pengenal harus dinasehatkan untuk membawa keterangan didalam dompetnya.

No comments:

Post a Comment

trimakasih atas kritik dan sarannnya....