BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epilepsi
saat ini pandangan masyarakat masih merupakan penyakit yang sangat ditakuti
oleh orang yang melihatnya. Opini masyarakat tentang epilepsi yaitu karena
anggapan masyarakat bahwa pewnyakit ini merupakan penyakit menular, menjijikkan
waktu kumat, penyakit turunan. Karena pengertian yang salah mengenai epilepsi
dimasyarakat menyebabkan penatalaksanaan epilepsi belum mencapai optimal.
Penderita sering tidak dibawa berobat tapi malahan disembunyikan karena
dianggap sakit jiwa, membawa sial dan merupakan aib bagi keluarga.
Epilepsi
merupakan suatu maslah neurologis yang relatif sering terjadi dan epilepsi
dapat menyerang semua kelompok usia juga segala jenis bangsa dan keturunan
diseluruh dunia. Lebih kurang 70% dapoat terjadi sebelum usia 20 tahun dan
lebih sering terjadi pada kanak-kanak.
Di Indonesia
epilepsi lebih dikenal dengan nama seperti sawan, ayan atau gila babi dan
hingga saat ini masih banyak yang menghubungkannya dengan hal gaib dan berusaha
menyebuhkan dengan cara-cara mistik. Ada orang-orang tertentu yang tampaknya
jauh lebih mudah mengalami serangan epilepsi jika dibandingkan dengan yang
lain. Pada kebanyakan kasus mungkin terdapat interaksi antara predisposisi
pembawaan dan faktor-faktor lingkungan. Insiden epilepsi lebih sering dijumpai
pada keturunan orang yang menderita epilepsi jika dibandingkan dengan penduduk
lain pada umumnya.
B. Tujuan Penulisan
1.
Memenuhi tugas yang diberikan kepada kami sebagai
pembelajaran tentang penyakit epilepsi.
2. Dapat mengetahui patofisiologi dari
epilepsi
3. Dapat memberikan penatalaksanaan yang
tepat pada penderita epilepsi.
BAB II
KONSEP DASAR
A.
Pengertian
1. Adalah
kelainan fungsional otak yang serangannya bersifat kumat-kumatan. Bentuk serangan
yang paling sering adalah kejang yang dimulai dengan hilangnya kesadaran,
hilangnya kendali terhadap gerak dan terjadinya kejang tonik atau klonik pada
anggota badan.
2. Gejala yang komplek dari beberapa gangguan
fungsi otak yang cirinya adalah serangan berulang. Bangkitan kejang merupakan
satu manifestasi daripada muatan listrik yang berlebihan dari sel neuron saraf
pusat. Gangguan ini dapat disebabkan faktor fisiologis, biokimiawi, anatomis
atau gabungan ketiganya.
B. Etiologi epilepsi
Biasanya tidak ada penyebab
yang dapat didemonstrasikan (epilepsi Idiopatik)
1. Sinkop
a. Serangan pingsan vaso-vagal
b. Penyakit arteri serebri-stenosis karotis
dan iskemia vertebro basilaris.
c. Curah jantung rendah-serangan stokes-adam
pada bolok jantung, penyakit sino-atrial dan stenosis aorta
d. Sincop
post-miksi dan batuk. Sinkop”emotional
disstressdan sinkop sinus karotikus
e. Hipotensi postural mungkin disebabkan oleh
obat-obatan hipotensi atau sedatif terutama pada orang tua.
2. Kelainan metabolik
a.
Hipoglikemia
b.
Hipokalsemia
c.
Gagal ginjal atau gagal hati
d.
Keracunan obat
3. Kelainan serebral
a.
Tumor, abses atau angioma otak
b.
Sequel cedera kepala hebat dan cedera lahir
c.
Arterosklerosis otak
d.
Penyebab lain yang jarang termasuk toksoplasmosis,
sistiserkosis, sifilis dan systemik lupus erythematosis
e.
Malaria falciparum
Serangan
epilepsi tercetus oleh rangsangan televisi, kilatan cahaya, stres, dan ansietas
atau lelah, sindroma premenstruasi, alkohol ( kadang-kadang akibat hipoglikemia
terutama pada penderita diabetes dan intoksikasi air.
C. Klasifikasi internasional serangan
epilepsi :
1. Serangan parsial
Lebih dari 60% serangan termasuk ke dalam
klasifikasi serangan partial
a. Simptomatologik
elemeter ( motor, sensorik atau autonomik ). Disebut epilepsi jacksonian atau
epilepsi fokal. Serangan-serangan
ini terjadi tanpa kehilangan kesadaran bila uniteral, kehilangan kesadaran bila
unilateral, kehilangan kesadaran bila bilateral. Serangan ini gejalanya
tergantung pada daerah terkena, bisa terdiri dari gejala-gejala motor, sensori
atau autonomik atau kombinasi ketiganya.
b. Simptomatik komplek ( psikomotor epilepsi
atau epilepsi lobus temporalis ). Serangan-serangan ini bisa terjadi pada semua
umur tapi sering terjadi pada orang dewasa. Didahului oleh aura yang terdiri
atas gejala-gejala kognitif, afektif, psikosensori, psikomotor atau bentuk
kombinasi. Biasanya masih sadar pada waktu serangan tetapi tidak dapat
mengingat kembali apa yang terjadi.
2. Serangan umum
a. Lena ( Absence ) / Petitmal
Serangan terjadi secara
tiba-tiba tanpa didahului aura. Kesadaran hilang selama beberapa detik ditandai
dengan terhentinya percakapan untuk sesaat,
pandangan kosong atau mata berkedip dengan cepat. Hampir selalu pada
anak-anak mungkin menghilang waktu remaja atau diganti dengan serangan
tonik-klonik.
b. Mioklonik
Serangan-serangan ini terdiri
atas kontraksi-kontraksi otot-otot yang singkat dan tiba-tiba, bisa simetris
atau asimetris, sinkronis atau asinkronis. Biasanya tidak ada kehilangan
kesadaran selama serangan.
c. Tonik
Serangan-serangan ini terdiri
atas tonus otot dengan tiba-tiba meningkat dari otot ekstremitas sehingga
terbentuk sejumlah sikap yang khas. Biasanya kesadaran hilang hanya beberapa
menit. Terjadi pada anak-anak umur 1-7 tahun.
d. Klonik
Serangan dimulai dengan
kehilangan kesadaran yang disebabkan oleh hipotonia yang tiba-tiba atau spasme
tonik yang singkat. Keadaan ini diikuti oleh sentakan-sentakan bilateral yang
lamanya satu menit sampai beberapa menit yang sering asimetris dan bisa
predominasi pada satu anggota tubuh.
e. Tonik-klonik / Grandmal
Merupakan jenis serangan
klasik epilepsi. Serangan ini ditandai oleh suatu aura berupa suatu sensasi
pengelihatan atau pendengaran selama beberapa saat yang diikuti oleh kehilangan
kesadaran secara cepat.
f. Atonik
Serangan-serangan atonik atas
kehilangan tonus tubuh. Keadaan
ini bisa dimanifestasikan oleh kepala yang teranggik-angguk, lutut lemas, atau
kehilangan total dari otot dan pasien bisa jatuh dan mendapatkan luka-luka.
Biasanya tidak ada kehilangan kesadaran selama serangan.
3. Serangan unilateral ( predominan )
4. Serangan epilepsi yang tidak dapat
digolongkan ( karena datanya tidak lengkap )
D. Patofisiologi
Gejala-gejala serangan
epilepsi sebagian timbul sesudah otak mengalami gangguan sedangkan beratnya
serangan tergantung dari lokasi dan keadaan patologi.
Lesi pada otak tengah, talamus
dan kortek serebri kemungkinan bersifat epileptogenik. Sedangkan lesi pada
serebelum dan batang otak biasanya tidak mengakibatkan serangan epilepsi.
Bangkitan epilepsi yang
terjadi karena adanya lepas muatan listrik yang berlebihan dari sekelompok
neuron disusunan saraf pusat yang dapat tetap terlokalisir pada kelompok neuron
tersebut atau meluas ke seluruh hemisfir dan batang otak. Lepas muatan listrik
yang abnormal ini terjadi karena adanya gangguan keseimbangan antara proses
eksistasi dan inhibisi pada interaksi neuron. Hal ini dapat disebabkan oleh
gangguan pada sel neuronnya sendiri maupun transmisi sinaptik.
Pada tingkat membran sel,
neuron epileptik ditandai oleh fenomena biokimia tertentu.
Beberapa diantaranya adalah :
1. Ketidakstabilan membran sel saraf sehingga
sel mudah diaktifkan.
2.
Neuron hipersensitif dengan ambang yang menurun
sehingga mudah terangsang dan terangsang secara berturut-turut.
3.
Mungkin terjadi polarisasi yang abnormal (polarisasi
berlebihan, hiperplarisasi atau terhentinya repolarisasi) karena terjadi
perbedaan potensial listrik lapisan intrasel dan ekstrasel rata-rata 70 mvolt
dimana intraseluler relatif lebih rendah.
4. Ketidakseimbangan ion yang mengubah
lingkungan kimia dari neuron. Pada waktu terjadi serangan keseimbangan
elektrolit pada tingkat neuronal mengalami perubahan. Ketidakseimbangan ini
akan menyebabkan membran neuron mengalami depolarisasi.
Transmisi
sinaptik oleh neurotransmiter yang dapat bersifat eksitasi atau inhibisi dalam
keadaan gangguan keseimbangannya akan mempengaruhi polarisasi membran sel.
Neurotransmiter yang bersifat inhibisi dimana akan menimbulkan hyperpolarisasi
membran diantaranya GABA dan Glisin sedangkan yang bersifat fasilitas atau
eksitasi akan menimbulkan keadaan depolarisasi yang akan melepaskan muatan
listrik secara berlebihan diantaranya asetilkolin, noradrenalin, dopamin, 5
hidroksitriptamin.
Karena hal
tersebut diatas beberapa keadaan dapat mencetuskan bangkitan epilepsi
diantaranya faktor genetik dimana sel neuron mempunyai faktor intrinsik untuk
terjadinya lepas muatan listrik yang abnormal, perubahan pada sel yang
ditimbulkan oleh gangguan keseimbangan elektrolit misalnya anoreksia, hipoksia,
hipokapnia, hipoglikemia, hiperglikemia, hiperkalsemia, dehidrasi, gangguan
hormon adrenal dan progesteron, gangguan pelepasan neurotransmitter misalnya
pada kerusakan serebral atau adanya toksin.
Penyebaran
fokus epilepsi dari sekelompok neuron ke bagian otak lain dapat terjadi oleh
gangguan pad kelompok neuron inhibitor yang berfungsi menahan pengaruh sel
neuron lain sehingga terjadi sinkronisasi dan aktifasi yang berulang-ulang,
sirkuit kortikokortikal dimana perluasan terjadi melalui serabut asosiasi atau
ke kontralateral melalui kospos kallosum, projeksi talamo-kortikal difus dimana
penyebaran ke seluruh ARAS sehingga penderita kehilangan kesadarannya atau
gangguan pada formatio retikularis sehingga sistem motoris kehilangan kontrol
normalnya, menimbulkan kontraksi otot polos.
E. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan
adanya masalah psikososial :
1. Prasangka
dan ketidaktahuan masyarakat tentang
epilepsi
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Olahraga
5. Wanita dan epilepsi
6. Mengendarai kendaraan bermotor
7. Ketergantungan.
F. Pengkajian
1. Biodata
Yang dikaji adalah nama, umur, alamat,
pekerjaan, pendidikan, agama serta data keluarga.apakah ada kehilangan
kesadaran / pingsan
2. Apa yang terjadi selama serangan
a. Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat /
lena
b. Apakah pasien menangis, hilang kesadaran,
jatuh kelantai ?
c. Apakah disertai komponen motorik seperti
kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik-klonik, kejang mioklonik, kejang
atonik.
d. Apakah pasien mengginggit lidah.
e. Apakah mulut berbuih.
f. Apakah ada inkontinensia urine dan feses
g.
Apakah bibir atau muka berubah warna
h. Apakah mata atau kepala menyimpang pada
satu posisi.
i.
Berapa
lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu sisi atau
keduanya.
3.
Sesudah serangan
a. Apakah pasien : letargi, bingung, sakit
kepala, otot-otot sakit, gangguan bicara dll.
b. Apakah ada perubahan dalam gerakan
misalnya hemiplegia sementara.
c. Sesudah serangan apakah pasien masih ingat
apa yang terjadi sebelum, selama dan sesudah serangan.
d. Apakah terjadi perubahan tingkat
kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyut jantung.
e. Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama
kejang ( memar, luka goresan ).
4.
Riwayat sebelum serangan
a.
Apakah ada gangguan tingkah laku, emosi.
b. Apakah disertai aktivitas otonomik yaitu
berkeringat, jantung berdebar. Apakah ada aura yang mendahului serangan, baik
sensori, auditorik, olfaktorik maupun visual.
5.
Riwayat penyakit
a. Sejak kapan serangan seperti diatas
terjadi.pada usia berapa serangan pertama terjadi.
b. Frekuensi serangan
c. Apakah ada keadaan yang mempresipitasi
serangan seperti demam, kurang tidur, keadaan emosional.
d. Apakah penderita pernah menderita sakit
berat, khususnya yang disertai dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang.
e. Apakah pernah menderita cedera otak,
operasi otak.
f. Apakah makan obat-obat tertentu seperti
alkohol dll.
g. Apakah ada riwayat penyakit yang sama
dalam keluarga
G. Diagnosa Keperawatan
1. Potensial terjadi luka / trauma
berhubungan dengan kehilangan kesadaran yang tiba-tiba.
2. Tidak efektif jalan nafas berhubungan
dengan terjadinya sumbatan lendir atau sekret ditrakeobronkial.
3. Gangguan konsep diri : rendah diri
berhubungan dengan punya penyakit epilepsi
4. Kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnyua.
5.
Tidak efektifnya koping individu berhubungan cacar
psikososial dan sosial.
6. Potensial terjadi serangan berulang atau
status epileptikus.
H. Kreteria Evaluasi
1. Tidak terjadi luka fisik pada pasien
2. Saluran napas menjadi lancar.
3. Harga diri pasien meningkat
4. Pasien mengerti mengenai penyakitnya.
5. Pasien mendapat mengenali
kekuatan-kekuatan sehingga dapat hidup dimasyarakat dengan baik.
6. Pasien rajin minum obat sehingga tidak
terjadi serangan berulang.
I.
Perencanaan
dan Implementasi
1.
Mengontrol serangan dan mencegah serangan berulang.
a.
Kenali penyebab / stimulasi yang dapat menyebabkan
rangsangan.
b.
Kenali aura sebelum terjadi serangan
c. Anjurkan agar pasien / keluarga untuk
mencatat kejadian-kejadian serangan ( jumlah, lamanya, waktu kejadian, pola
tidur / makan ) untuk membantu menentukan terapi.
d. Tekankan pentingnya mendapatkan obat anti
epilepsi yang teratur dan tidak boleh menghentikan obat tanpa pengawasan dokter.jelaskan
kepada pasien efek dari obat anti epilepsi.
e. Anjurkan pasien untuk memeriksakan darah
secara teratur untuk mengevaluasi apakah obat antiepilepsi menekan hemopoiesis.
2. Perawatan sewaktu terjadi serangan
a. Pada saat pasien mendapat serangan pasien
tidak boleh tinggalkan karena bisa terjadi bahaya-bahaya misalnya luka fisik,
aspirasi, lidah tergigit.
b. Miringkan kepala pasien untuk mencegah aspirasi.
c. Jika sempat masukkan penekan lidah dengan
segera ke dalam mulut.
d. Bila serangan tidak terjadi ditempat tidur
letakkan bantal dibawah kepala pasien atau letakkan kepala pasien dipangkuan
perawat untuk mencegah kepala pasien terbentur dilantai.
e. Alat-alat yang membahayakan disingkirkan.
f. Ekstremitas harus ditahan tapi tidak boleh
terlalu kuat.
g. Pakaian-pakaian yang sempit dilonggarkan.
h. Catat semua gejala-gekjala dan tanda-anada
serangan
i.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
antiepilepsi.
3. Setelah serangan
a. Bila pasien tidak sadar
1). Jaga agar napas menjadi lancar dengan
miringkan kepala pasien.
2).
Jaga agar tanda-tanda vital tetap normal.
3). Kebutuhan cairan dan elektrolit harus
diperhatikan misalnya diberi infus dan makanan cair melalui NGT.
b. Kaji apakah pasien dapat mengingat apa
yang telah terjadi.
c. Beri rasa aman pada pasien
d. Kaji apakah terjadi trauma fisik.
4. Meningkatkan harga diri
a. Diskusikan dengan pasien bagaimana
pendapat pasien mengenai penyakitnya.
b. Kenali kekuatan / ketrampilan pasien, agar
pasien dapat hidup di masyarakat dengan baik.
c. Dorong pasien dapat mempergunakan kekuatan
atau hal-hal yang positif pada dirinya sehingga dapat mengurangi stress.
5. Pendidikan untuk pasien
a. Pasien harus mengerti tentang kondisi
penyakitnya.
b.
Perlunya minum obat secara teratur.
c. Jelaskan faktor-faktor yang dapat
menimbulkan serangan
1).
Jumlah yang tidak adekuat dari obat antiepileptik dalam
darah.
2).
Obat-obat antiepilepsi yang tidak cocok
3).
Hyperventilasi
4).
Trauma
otak, demam, penyakit.
5).
Kurang / tidak tidur.
6).
Stress emosional
7).
Perubahan-perubahan hormonal seperti kehamilan dan
menstruasi
8).
Nutrisi
yang buruk.
9).
Tidak
seimbang cairan dan elektrolit
10). Alkohol / obat-obatan
d. Jelaskan tentang konsekuensi-konsekuensi
psikososial tentang :
1).
Pekerjaan
2).
Mengendarai mobil
3).
Sport dan rekreasi
4).
Mandi
5).
Kehamilan
6).
Minum-minum alkohol
7).
Ada
tanda pengenal harus dinasehatkan untuk membawa keterangan didalam dompetnya.
No comments:
Post a Comment
trimakasih atas kritik dan sarannnya....